Kamis, 23 Maret 2017

Profil Singkat Keluarga Pencak Silat Nusantara

     Profil Singkat Keluarga Pencak Silat Nusantara

KPS NUSANTARA didirikan di Jakarta pada tanggal 28 Juli 1968 oleh 3 pendekar yaitu: Alm. Moh. Hadimulyo, BSc, Dr. Moh. Djoko Waspodo dan Alm. dr. Rachmadi Djoko Suwigyo pada awalnya KPS NUSANTARA bernama bernama Study Group Pencak Silat Nusantara, ketiganya sama-sama belajar pada seorang pendekar besar perguruan Pencak Silat Setia Hati, pada waktu itu ketiganya menjadi pengurus besar IPSI dibidang teknik dan sangat memprihatinkan keadaan Pencak Silat yang kurang di minati oleh kaum muda, alasannya jika ada Pencak Silat dan ada peminatnyapun sangat sulit untuk mencari guru dan tempat latihan karena pada umumnya perguruan-perguruan yang ada masih tertutup

Tujuan terpanggil oleh keadaan semacam ini mereka bertiga memutuskan untuk mengadakan penelitian pengkajian dan studi banding melalui studi group yang didirikan. Tujuannya jelas untuk mencari upaya agar pencak silat berkembang. Melalui masa yang cukup panjang, akhirnya diputuskan untuk memulai pembaharuan antara lain berupa :

Memisahkan secara tegas pembinaan pencak silat “Gerak” dan “Aspek dalam”
Mengubah metoda latihan tradisional menjadi metoda latihan yang sistimatis, jelas materi latihan, kurikulum dan tahapan belajarnya . Diadakan tes dan evaluasi secara teratur serta diberikan atribut yang tampak jelas dari luar bagi tiap tahapan belajar
Mempelopori adanya pertandingan pencak silat olah raga.
Menyelenggarakan peragaan-peragaan yang atraktif.
Membantu PB IPSI membenahi sisi organisasi.
Langkah pembaharuan yang disusul dengan langkah uji coba ini segera membuahkan hasil. Kelompok studi ini makin membesar dan melalui berbagai pertandingan pencak silat, prestasi kelompok ini segera mencuat. Bahkan metoda latihan yang dipakai untuk menyiapkan pesilat dalam menghadapi sebuah kejuaraan menjadi contoh untuk perguruan lain.

Hal inilah yang membuat kelompok ini pada Musyawarah Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia di tahun 1973 diakui sebagai salah satu diantara 10 (Sepuluh) Top Organisasi Pencak Silat sekarang disebut Perguruan Historis. Akibatnya kelompok studi harus mengubah dirinya menjadi : “Keluarga Pencak Silat Nusantara” tangal 28 Juli 1973.

Aliran-aliran tradisional yang pernah dipelajari dan kemudian turut mewarnai tata gerak dan tata batin KPS Nusantara adalah :

Pencak Silat Cingkrik, Betawi melalui Bapak M. Saleh.
Cimande, Mahdi, Syahbandar, Kari dan Taji melalui alm. Bapak A’an, Marzuki dan Hidayat.
Setia hati melalui Bapak Mariyun. S
Pencak Jawa Kombinasi melalui Bapak Projo Soemitro
Pencak Silat Pariaman (Minangkabau) melalui alm. Bapak Itam.
Lintau melalui Bapak Amirudin
sementara itu mereka juga mempelajari beladiri lain seperti ; Karate dan Yujitsu. Bahkan Alm. dr. Rachmadi DS pernah menjadi atlit karate nasional pada tahun 1970-an, Kode etik perguruan.
kode etik / janji / sumpah perguruan nusantara disebut CATUR PRASETIYA NUSANTARA yaitu :

Dengan iman dan taqwa kehadirat tuhan yang mahaesa kami berjanji :

      Siap mengabdi kepada nusa dan bangsa
      Menghormati orang tua dan guru
      Berjiwa kesatria dan berbudi luhur
     Mempertinggi dan memperkembangkan Pencak Silat
Pencak Silat bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia dan hasil krida budi luhur bangsa indonesia yang secara turun temurun di lestarikan dan dikembangkan sesuai dan aspirasi (keinginan) ekspesasi (harapan) apresiasi (penilaian) serta situasi dan kondisi yang berkembang dari generasi kegenerasi dan dari waktu ke waktu.

Selain dari pada itu Pencak Silat dikenal pula sebagai budidaya beladiri khas Indonesia yang didalamnya terkandung aspek pembinaan yang sangat tinggi:

Aspek mental dan spiritual
Aspek beladiri
Aspek seni dan seni budaya

Aspek Olahraga

sejarah cahaya pusaka putra betawi

       sejarah cahaya pusaka putra betawi
Betawi Oktober 1893. Rakyat Betawi di kampung-kampung tengah berkabung. Dari mulut ke mulut mereka mendengar si Pitung atau Bang Pitung meninggal dunia, setelah tertembak dalam pertarungan tidak seimbang dengan kompeni. Bagi warga Betawi, kematian si Pitung merupakan duka mendalam. Karena ia membela rakyat kecil yang mengalami penindasan pada masa penjajahan Belanda. Sebaliknya, bagi kompeni sebutan untuk pemerintah kolonial Belanda pada masa itu, dia dilukiskan sebagai penjahat, pengacau, perampok, dan entah apa lagi.



Jagoan kelahiran Rawa Belong, Jakarta Barat, ini telah membuat repot pemerintah kolonial di Batavia, termasuk gubernur jenderal. Karena Bang Pitung merupakan potensi ancaman keamanan dan ketertiban hingga berbagai macam strategi dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk menangkapnya hidup atau mati. Pokoknya Pitung ditetapkan sebagai orang yang kudu dicari dengan status penjahat kelas wahid di Betawi.

Bagaimana Belanda tidak gelisah, dalam melakukan aksinya membela rakyat kecil Bang Pitung berdiri di barisan depan. Kala itu Belanda memberlakukan kerja paksa terhadap pribumi termasuk ‘turun tikus’. Dalam gerakan ini rakyat dikerahkan membasmi tikus di sawah-sawah disamping belasan kerja paksa lainnya. Belum lagi blasting (pajak) yang sangat memberatkan petani oleh para tuan tanah.

Si Pitung, yang sudah bertahun-tahun menjadi incaran Belanda, berdasarkan cerita rakyat, mati setelah ditembak dengan peluru emas oleh schout van Hinne dalam suatu penggerebekan karena ada yang mengkhianati dengan memberi tahu tempat persembunyiannya. Ia ditembak dengan peluru emas oleh schout (setara Kapolres) van Hinne karena dikabarkan kebal dengan peluru biasa. Begitu takutnya penjajah terhadap Bang Pitung, sampai tempat ia dimakamkan dirahasiakan. Takut jago silat yang menjadi idola rakyat kecil ini akan menjadi pujaan.

Si Pitung, berdasarkan cerita rakyat (folklore) yang masih hidup di masyarakat Betawi, sejak kecil belajar mengaji di langgar (mushala) di kampung Rawa Belong. Dia, menurut istilah Betawi, ‘orang yang denger kate’. Dia juga ‘terang hati’, cakep menangkap pelajaran agama yang diberikan ustadznya, sampai mampu membaca (tilawat) Alquran. Selain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru tarekat dan ahli maen pukulan.

Suatu ketika di usia remaja –sekitar 16-17 tahun, oleh ayahnya Pitung disuruh menjual kambing ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari kediamannya di Rawa Belong dia membawa lima ekor kambing naik gerobak. Ketika dagangannya habis dan hendak pulang, Pitung dibegal oleh beberapa penjahat pasar. Mulai saat itu, dia tidak berani pulang ke rumah. Dia tidur di langgar dan kadang-kadang di kediaman gurunya H Naipan. Ini sesuai dengan tekadnya tidak akan pulang sebelum berhasil menemukan hasil jualan kambing. Dia merasa bersalah kepada orangtuanya. Dengan tekadnya itu, dia makin memperdalam ilmu maen pukulan dan ilmu tarekat. Ilmu pukulannya bernama aliran syahbandar. Kemudian Pitung melakukan meditasi alias tapa dengan tahapan berpuasa 40 hari. Kemudian melakukan ngumbara atau perjalanan guna menguji ilmunya. Ngumbara dilakukan ke tempat-tempat yang ‘menyeramkan’ yang pasti akan berhadapan dengan begal.

Salah satu ilmu kesaktian yang dipelajari Bang Pitung disebut Rawa Rontek. Gabungan antara tarekat Islam dan jampe-jampe Betawi. Dengan menguasai ilmu ini Bang Pitung dapat menyerap energi lawan-lawannya. Seolah-olah lawan-lawannya itu tidak melihat keberadaan Bang Pitung. Karena itu dia digambarkan seolah-olah dapat menghilang. Menurut cerita rakyat, dengan ilmu kesaktian rawa rontek-nya itu, Bang Pitung tidak boleh menikah. Karena sampai hayatnya ketika ia tewas dalam menjelang usia 40 tahun Pitung masih tetap bujangan.

Si Pitung yang mendapat sebutan ‘Robinhood’ Betawi, sekalipun tidak sama dengan ‘Robinhood’ si jago panah dari hutan Sherwood, Inggris. Akan tetapi, setidaknya keduanya memiliki sifat yang sama: Selalu ingin membantu rakyat tertindas. Meskipun dari hasil rampokan terhadap kompeni dan para tuan tanah yang menindas rakyat kecil.

Sejauh ini, tokoh legendaris si Pitung dilukiskan sebagai pahlawan yang gagah. Pemuda bertubuh kuat dan keren, sehingga menimbulkan rasa sungkan setiap orang yang berhadapan dengannya. Dalam film Si Pitung yang diperankan oleh Dicky Zulkarnaen, ia juga dilukiskan sebagai pemuda yang gagah dan bertubuh kekar. Tapi, menurut Tanu Trh dalam ‘Intisari’ melukiskan berdasarkan penuturan ibunya dari cerita kakeknya, Pitung tidak sebesar dan segagah itu. ”Perawakannya kecil. Tampang si Pitung sama sekali tidak menarik perhatian khalayak. Sikapnya pun tidak seperti jagoan. Kulit wajahnya kehitam-hitaman, dengan ciri yang khas sepasang cambang panjang tipis, dengan ujung melingkar ke depan.”

Menurut Tanu Trh, ketika berkunjung ke rumah kakeknya berdasarkan penuturan ibunya, Pitung pernah digerebek oleh schout van Hinne. Setelah seluruh isi rumah diperiksa ternyata petinggi polisi Belanda ini tidak menemukan si Pitung. Setelah van Hinne pergi, barulah si Pitung secara tiba-tiba muncul setelah bersembunyi di dapur. Karena belasan kali berhasil meloloskan diri dari incaran Belanda, tidak heran kalau si Pitung diyakini banyak orang memiliki ilmu menghilang. ”Yang pasti,” kata ibu, seperti dituturkan Tanu Trh, ”dengan tubuhnya yang kecil Pitung sangat pandai menyembunyikan diri dan bisa menyelinap di sudut-sudut yang terlalu sempit bagi orang-orang lain.” Sedang kalau ia dapat membuat dirinya tidak tampak di mata orang, ada yang meyakini karena ia memiliki kesaksian ‘ilmu rontek’.
Diposkan oleh cahaya di 04.21 Tidak ada komentar:
JAKARTA – Betawi terkenal dengan gudangnya pendekar-pendekar silat yang tersohor. Legenda si Pitung jago silat dari Marunda tetap melekat di hati masyarakat Betawi sepanjang masa. Sejarah persilatan di Betawi pun mencatat, nama perkampungan Kwitang berasal dari seorang pedagang Tiongkok, Kwe Tang Kiam yang terkenal karena ilmu silatnya yang ampuh.

Kisah ini diawali pada abad 17 ketika seorang pengembara dari dataran Tiongkok, Kwe Tang Kiam menjejakkan kakinya di tanah Betawi. Konon, Kwe Tang Kiam telah mengembara ke hampir seluruh pelosok daerah Indonesia. Di salah satu kampung di Betawi pengembara yang juga pedagang obat-obatan tersebut menetap. Selain jago dalam meracik obat-obatan, ia juga ahli dalam berolah silat. Di daerah tempat ia menetap, Kwe Tang Kiam menurunkan ilmu silatnya kepada orang-orang yang tinggal di sekitarnya.
Kehebatan ilmu silat Kwe Tang Kiam diakui masyarakat Betawi saat itu. Silat yang diajarkannya menggunakan jurus-jurus ampuh mirip aliran Shaolin yang memadukan unsur tenaga, kekuatan fisik dan kecepatan. Hal ini sangat berbeda dengan aliran silat Betawi yang lebih menonjolkan ilmu kebatinan.
Walau demikian Kwe Tang Kiam mengakui kehebatan ilmu kebatinan silat Betawi setelah mencoba keampuhan ilmu salah seorang jawara Betawi bernama Bil Ali.Terbukti, ilmu kanuragan beraliran putih yang dimiliki Bil Ali berhasil menundukkan Kwe Tang Kiam. Hingga akhir hayatnya Kwe Tang Kiam menetap di kampung ini dan dengan kesadaran sendiri ia kemudian memeluk agama Islam. Kampung tempat ia menetap pun kemudian menjadi desa kampung Kwitang, yang masuk dalam wilayah Jakarta Pusat.

Hanya untuk Keluarga
Salah satu murid dari Kwe Tang Kim adalah leluhur keluarga H. Moch Zaelani yang kemudian menjadi pewaris ilmu silat ini di daerah Kwitang. Ia pun kemudian mengajarkan ilmu silat yang ini kepada keluarganya sendiri, yakni, H Moch. Zakaria. Namun karena minat orang-orang Betawi untuk mempelajari ilmu silat ini begitu besar, maka ia pun memberi kesempatan kepada mereka untuk turut mempelajarinya.
Zaelani mendirikan perguruan pencak silat aliran Kwitang 27 September 1948 bertepatan dengan diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional PON I di Solo. Ketika berlangsung PON I itulah Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) diresmikan. Waktu itu, Ketua IPSI yang pertama , Mr Wongso Negoro, mengundang para pesilat dari Kwitang untuk mendemonstrasikan kebolehannya pada pembukaan pekan olahraga tersebut.
Empat tahun kemudian, tepatnya 27 Septemebr 1952 saat dilangsungkannya PON II di Jakarta, Zaelani secara resmi mendirikan Perguruan Silat Kwitang dengan nama ”PS Mustika Kwitang”.
Perguruan ini kemudian diwariskan kepada cucunya H. Moch Zakaria Abdulrachim. Pada PON II, Zakaria tampil sebagai atlet . Ketika itu pencak silat resmi menjadi salahsatu cabang yang dipertandingkan. Pada nomor seni yang dipertandingkan. Zakaria keluar sebagai juara.
Dalam PON berikutnya, Zakaria selalu menjadi momok bagi lawannya. Bersama pesilat Mustika Kwitang lainnya ia merajai berbagai kejuaraan, seperti PON ke-III 1953 di Medan, PON ke-IV tahun 1957 di Makassar, dan PON ke- V tahun 1961 di Bandung. Ia berturut-turut tampil sebagai juara.
”Kondisinya pada waktu itu tidak seperti sekarang ini, sarana dan prasarana masih sangat terbatas. Tak jarang untuk mengikuti even pencak silat di Jakarta kami harus jalan kaki. Begitu juga ketika mengikuti PON kami naik kapal laut dan ditempatkan di sekolah-sekolah yang berada di dekat arena pertandingan. Lain dengan atlet sekarang yang diberikan fasilitas yang cukup mewah,” kenang Zakaria, yang lahir di Kwitang 22 Juni 1931 ini.
Sebagai pendekar silat, Zakaria juga merupakan salah seorang pendiri Persatuan Silat Putra Betawi yang beranggotakan 46 cabang perguruan silat di Jakarta.
Setelah PON ke-V tahun 1961 di Bandung, Zakaria mengundurkan diri sebagai atlet. Ia lebih memfokuskan perhatiannya pada perguruan yang dipimpinnya. Sejak itu PS Mustika Kwitang secara resmi terbuka untuk masyarakat umum.

Nyaris Punah
Melalui ketekunan Zakaria, PS Mustika Kwitang kian harum dengan jumlah murid mencapai ribuan pesilat yang tersebar di Jakarta, bahkan sampai Jawa Barat, Jawa Tengah hingga ke Sumatera Utara. Pada masa kejayaannya, PS Mustika Kwitang melahirkan pesilat-pesilat andal seperti Diantoro Nur, Ganda, Ishak, Lubena, Yuyu dan Latifah (pesilat putri).
Ia mengungkapkan rahasia suksesnya dalam membina anak didiknya berasal dari motivasi yang besar untuk menekuni olahraga warisan nenek moyang ini. Selain itu ia pun menganjurkan kepada murid-muridnya untuk tidak terlalu fanatik dengan perguruan. Mereka boleh mengadaptasi ilmu silat di luar perguruan untuk memperkaya ilmu silat yang mereka miliki.
”Modal utama yang harus dimiliki oleh atlet Mustika Kwitang adalah kepercayaan diri yang besar,” ungkap Zakaria. Pada tahun 80-an, Zakaria mengundurkan diri dan mewariskan ilmunya mewariskannya kepada anak-anaknya. Tapi sayang, keberhasilannya dalam membina perguruan silat tidak diikuti oleh pewarisnya itu. Perkembangan perguruan yang sudah nama di dunia persilatan ini kian terpuruk bahkan nyaris punah.
Murid-murid perguruan ini satu per satu mulai berkurang dari ribuan orang hanya tinggal beberapa gelintir pesilat saja yang masih eksis dalam mengembangkan seni pencak silat ini. Akibatnya, PS Mutstika Kwitang sulit bersaing dengan perguruan silat lain, termasuk beladiri dari luar.
Zakaria mengakui, perguruan yang dipimpinnya itu tidak memiliki pendukung serta sponsor. Selain itu, PS Mustika Kwitang hanya sedikit memiliki kader pelatih dan sistem pembinaannya tidak efisien. Di perguruan ini, tidak dikenal tingkatan yang jelas dan baku untuk menilai kemampuan murid-muridnya. Penentuan tingkatan hingga penunjukan kader pelatih masih ditentukan guru besar.

”Saya sangat prihatin dengan kondisi ini. PS Mustika Kwitang sebagai pendiri aliran silat di daerah Kwitang nyaris tenggelam. Saya tergugah untuk kembali membinanya, ” kata Zakaria

Perpi Harimurti (Perguruan Pencak Indonesia Harimurti)

Perpi Harimurti (Perguruan Pencak Indonesia Harimurti)

RM Harimurti, lahir pada tahun 1905, adalah cucu Hamengku Buwono VII dari GPH Tejokusumo dan Ray Mangkorowati. Ia tumbuh sebagai anak yang tertarik untuk belajar Olah kanuragan (seni beladiri). Ketika ia dewasa, ia mengajar Pencaksilat kepada masyarakat di Pendopo Ndalem Tejokusuman. Selama waktu itu, gaya seni bela diri ini dikenal sebagai Pencak Tejokusuman.
Polisi Hindia-Belanda curiga dengan aktivitas dalam mengajar Pencak karena dia juga aktif untuk mendukung Pergerakan (Gerakan Nasional) Budi Oetomo. Menurut Bapak Suko Winadi, RM Harimurti  menggunakan gerakan tari untuk menutupi Pencak nya (seni bela diri) untuk menghindari kecurigaan polisi.


RM Harimurti, Pendiri Perpi Harimurti

Pada tahun 1932, dia mendelegasikan perguruannya ke Bapak Suko Winadi, yang diformalkan perguruan ini sebagai PerPi (Persatuan Pencak Indonesia), yang kemudian berganti nama menjadi PERPI (Perguruan Pencak Indonesia) dan akhirnya dikenal sebagai PERPI Harimurti. Bapak Suko Winadi juga dikenal sebagai guru besar ke 2 dari perguruan ini.

Meskipun ia telah mendelegasikan perguruan nya ke Bapak Suko, RM Harimurti  tidak benar-benar pensiun dari aktivitasnya untuk mengajar pencak. Beberapa kali, ia langsung mengajarkan murid-muridnya.

RM Harimurti  pada akhir hayat nya dikenal sebagai Komandan dari Pasukan Pengawal Keraton Jogjakarta dan juga sebagai dukun atau penyembuh spiritual dan paranormal. Namun, ia selalu keberatan jika orang mengenalinya sebagai paranormal atau dukun. Dia meninggal pada tanggal 18 September 1962 dan dimakamkan di Pemakaman Pakuncen.

Di bawah kepemimpinan guru besar ke 2, Bapak Sukowinadi, perguruan  Harimurti  menjadi lebih populer sejak partisipasinya untuk membentuk Ikatan PencakSilat Seluruh Indonesia (IPSI). Bapak Suko Winadi lahir di 23 Oktober 1915 di Sawahan, Bantul, Jogjakarta.

Namanya diberikan adalah Raden Sukamdi. Dia belajar Pencak dari teman ayahnya, RM Harimurti. Pada tahun 1932 RM Harimurti memberinya izin untuk meresmikan perguruan sebagai PerPi. Sebelum revolusi kemerdekaan, Bapak Suko itu dikenal sebagai Pendekar besar. Menurut Bapak Suharmadi (sepupu Bapak Suko s), Bapak Suko melawan sepuluh tentara Jepang dan mengalahkan mereka.

Dalam era revolusi Bapak Suko bersama dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan melakukan tugasnya dalam pertempuran di Ambarawa sebagai perwira di Brigade ke-10 TNI. Setelah berakhirnya perang, dia bekerja di militer sebagai petugas Polisi Militer. Meskipun ia berdinas di militer, ia masih mengajar pencak silat dengan asistennya Bapak Tarsono yang adalah seorang master senior PERPI Harimurti di masa kini.

Di bawah kepemimpinan Bapak Suko, PERPI Harimurti diajarkan di militer. Bapak Tarsono diutus untuk melatih RPKAD (sekarang Kopassus, Special Force) di Surakarta, pelatihan militer unit di Yonif 403 di Jogjakarta dan perguruan ini  juga mengirimkan guru Pencak  untuk melatih seni bela diri di Kodam Iskandar Muda.


Pada tahun 70-an, nama PERPI Harimurti  dikenal baik di industri film karena perannya dalam beberapa film membuat misalnya "November 1828" dan "Api Di Bukit Menoreh". Dalam usia tuanya, Bapak Suko mengelola Perguruan dan melatih siswa dalam sasana kecilnya (training hall) di belakang rumahnya di Jalan Veteran No 13 Yogyakarta. Dia memiliki banyak siswa dari Indonesia dan juga dari Eropa khususnya dari Austria. Dia meninggal pada tanggal 26 Juni 2004 dan dimakamkan di dekat rumah masa kecilnya di Sawahan, Bantul.

Perisai putih

Perisai putih
Perguruan Silat Nasional Perisai Putih
Tanggal pembentukan 1967 oleh R.Ahmad Boestami Barasoebrata di Surabaya
Jenis Perguruan Pencak Silat
Kantor pusat Surabaya, Indonesia
Wilayah layanan
Indonesia, Australia, Belanda, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Timor Leste, Perancis, Amerika Serikat dan Swedia
Ketua Umum
Dr. Ir. Iskandar, M.M.
Tokoh penting
R. Ahmad Boestami Barasoebrata
Perguruan Silat Nasional Perisai Putih atau PSN Perisai Putih adalah suatu perguruan pencak silat di Indonesia.

Sejarah Sunting


PSN Perisai Putih didirikan pada tanggal 1 Januari 1967 oleh tiga serangkai pendiri PSN Perisai Putih yaitu R. Ahmad Boestami Barasoebrata, S. Himantoro, FX. Siswadi dengan nama awal sekolah bela diri tanpa senjata Yiusika Perisai Putih atau lebih dikenal sampai sekarang Yiusika Perisai Putih karena nama Yiusika dianggap oleh IPSI masih berbau jepang, maka agar Yiusika Perisai Putih dapat diterima sebagai anggota IPSI, maka nama yiusika dihilangkan hingga menjadi Perguruan Silat Nasional Perisai Putih dan Perisai Putih akhirnya pada kongres IPSI ke IV tanggal 26 - 29 Januari 1973 disahkan sebagai salah satu dari 10 top Historis IPSI ( di Indonesia sendiri ada beratus-ratus aliran pencak silat dan ada puluhan perguruan yang menjadi anggota IPSI, namun 10 Top perguruan Historis IPSI hanya ada 10 salah satunya Perisai Putih ). Guru besar dari PSN Perisai Putih adalah R. Ahmad Boestami Barasoebrata yang dalam dunia persilatan di Indonesia lebih dikenal dengan nama Pak Boestam / Boestami. Beliau lahir di Bangselok, Sumenep, Madura pada tanggal 4 Desember 1939 ( meninggal karena sakit pada tanggal 15 Desember 1987). Ibu beliau bernama Baratuttakiyah, Beliau dikaruniai seorang istri (alm) Surti dan 5 orang putra.Guru silat dari Pak Boestan adalah kakeknya yang bernama Kyai Haji Abdus Salam atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Sumenep dengan nama Ki Lamet. PSN Perisai Putih dalam ajaran ilmu silatnya memiliki beberapa unsur bela diri, antara Yiuyitsu Silat dan Karate (Yiusika). PSN Perisai Putih memiliki pusat organisasi di Surabaya dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Merpati Putih

                              Merpati Putih
Merpati Putih (MP) merupakan salah satu perguruan pencak silat bela diri Tangan Kosong (PPS Betako) dan merupakan salah satu aset budaya bangsa, mulai terbentuk aliran jenis beladiri ini pada sekitar tahun 1550-an dan perlu dilestarikan serta dikembangkan selaras dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi dewasa ini. Saat ini MP merupakan salah satu anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan Martial Arts Federation For World Peace (MAFWP) serta Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa atau PERSILAT (International Pencak Silat Federation).

Makna Warna Sabuk Persinas ASAD

     Makna Warna Sabuk Persinas ASAD

Tingkat I / Sabuk Putih / Siswa I
Warna putih pada sabuk mempunyai makna lembaran putih dan bersih dengan tulus ikhlas, ridho dan suci. Bagi seorang calon pesilat untuk diberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar tentang ilmu beladiri.
Tingkat II / Sabuk Hijau / Siswa II
Warna hijau pada sabuk memberi makna kedamaian hati setalah diberikan pelajaran dasar tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap sehingga memberi keteduhan hati dan bangga dengan ilmu yang dimilikinya.
Tingkat III / Sabuk Hijau Strip Kuning / Asisten Muda
Warna hijau yang memberikan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan serta dipersiapkan untuk menjadi pesilat yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur yang dilambangkan strip kuning pada sabuk.
Tingkat IV / Sabuk Kuning / Asisten Madya
Warna kuning melambangkan keluhuran budi pekerti (akhlaqul karimah) dan keagungan jiwa serta berkualitas, sehingga pesilat makin banyak ilmunya makin berbudi pekerti yang luhur.
Tingkat V / Sabuk Kuning Strip Biru / Asisten Utama
Dengan budi pekerti yang luhur dan keagungan jiwa disertai cita-cita yang luhur, semangat belajar dan tabah dalam menghadapi tantangan yang dilambangkan dengan strip biru pada sabuk.
Tingkat VI / Sabuk Biru / Pelatih Muda
Warna biru melambangkan semangat belajar yang tinggi, dengan percaya diri serta dapat menjaga martabat dan mampu menguasai serta mengendalikan diri walaupun banyak tantangan, rintangan dan halangan.
Tingkat VII / Sabuk Biru Strip Coklat / Pelatih Madya
Dengan semangat dan cita-cita yang tinggi menjadikan percaya diri, selalu menegakkan kebenaran, kejujuran dan menghormati sesama insan.
Tingkat VIII / Sabuk Coklat / Pelatih Utama
Warna coklat tua melambangkan sikap damai, bersahabat, selalu rendah hati dan senantiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.
Tingkat IX / Sabuk Coklat Bintang Merah 1 / Guru Muda
Bersikap damai dan bersahabat, ramah dan sopan, senantiasa menegakkan kebenaran.
Tingkat X / Sabuk Coklat Bintang Merah 2 / Guru Madya
Senantiasa mengupayakan perdamaian dan persahabatan dengan sesame. Keramahan dan kesopanan ditingkatkan, dengan keberanian yang tinggi membela kebenaran.
Tingkat XI / Sabuk Merah / Guru Utama
Merah melambangkan keberanian dalam membela kebenaran, berjiwa besar, mawas diri, pemaaf dan mengutamakan kepentingan umum dan dapat menjadi panutan.
Tingkat XII / Sabuk Merah Garis Tepi Emas / Guru Besar

Berjiwa besar sebagai pendekar, bisa meramut dan membina serta sebagai pengayom.

Prestasi Dunia Persinas ASAD

Prestasi Dunia Persinas ASAD

Prestasi Dunia Persinas Asad Perguruan Silat Nasional (Persinas) Asad yang mewakili Indonesia meraih prestasi membanggakan di Festival Beladiri Dunia Chungju World Martial Arts Festival di Chungju Korea Selatan. Persinas Asad meraih prestasi tiga besar peserta terbaik dengan predikat luar biasa (outstanding performance) bersama peserta dari Jepang dan Cina. Persinas Asad ditunjuk PB IPSI mewakili Indonesia bersama perguruan silat Joko Tole Madura dan perguruan Pamor Pamekasan. Persinas Asad sendiri diwakili oleh Pengda Persinas Jawa Barat yang kemudian memberangkatkan lima pendekarnya dari Bandung. Tiga pendekar masih duduk di bangku SMP dan dua lainnnya seusia SMK. Chungju World Martial Arts Festival adalah festival bela diri se-dunia yang diadakan setiap 10 tahun sekali. Dimana, dari berbagai negara akan menampilkan ciri khas bela diri masing-masing. Misalnya, Indonesia dengan pencak silat, China dengan Wushu, Korea dengan Taekkyeon, Canada dengan Oki Chi Taw serta Australia dengan Tai-Kin-Jeri. PB IPSI sendiri telah mengikuti festival bela diri dunia sejak World Martial Arts Union (WOMAU) digelar kali pertama. Festival tersebut selalu mengundang 56 aliran bela diri dari 45 negara yang berasal dari 5 benua.Untuk festival beladiri Chungju Martial Arts ke 11 ini diadakan di Chungju Tangeumdae UN Peace Park dimulai dari 2 Oktober sampai 8 Oktober 2008. Festival diikuti 28 negara yang terdiri dari 51 tim dengan jumlah pendekar sebanyak 1210.

Persinas ASAD

                           Persinas ASAD
Perguruan Silat Nasional (Persinas) adalah suatu yayasan yang didirikan pada tanggal 30 April 1993 dengan Akta Nomor 430 Notaris J.L. Waworuntu, untuk waktu yang tidak terbatas.

Perguruan Silat Nasional ASAD berasaskan Pancasila dan UUD 1945 dan bermaksud menghimpun seluruh potensi bangsa yang memiliki persamaan cita-cita, wawasan dan tujuan dalam melestarikan budaya bangsa, khususnya ilmu seni bela diri pencak silat nasional yang bersumber pada aliran Silat Cimande, Kunto, Cikaret, Singa Mogok, Nagan, Cikalong, Syahbandar, Garuda Mas, Sabeni, dan Tangkap Menangkap (TM).

Bahwa dengan melestarikan ilmu dan seni bela diri pencak silat, berarti melestarikan budaya bangsa, yang merupakan upaya meningkatkan kualitas mental dan fisik bangsa Indonesia, guna mempercepat terwujudnya Tujuan Nasional, dengan motto “Ampuh Sehat Aman Damai”.


Persinas Asad PengCab Jakarta Pusat merupakan salah satu cabang perguruan besar Indonesia Persinas Asad yang mewadahi pecinta silat untuk membumikan silat di bumi Nusantara. Bertempat di Padepokan Al-Muflihun Jakarta latihan diselenggarakan setiap selasa dan Jum’at malam, terbuka untuk umum baik anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Dengan moto “Pencak Silat is my life” Persinas Asad JakPus mencoba membangkitkan semangat generasi silat untuk dan melestarikan pencak silat nasional sebagai identitas bangsa sejati disiplin dan santun dalam bermasyarakat.berkarakter bangsa, membela kebenaran, dan saling tolong menolong sesama umat manusia serta membumihanguskan Narkoba di bumi Nusantara.

Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa

   Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa
Persilat (atau Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa), yang didirikan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1980, adalah satu-satunya organisasi internasional Pencak Silat di dunia.

Sejarah Sunting

Bapak-Bapak pendiri PERSILAT, yakni mereka yang terlibat secara langsung dalam kegiatan menggagas, memprakarsai, memikirkan, membahas dan mewujudkan hal-hal yang berhubungan dengan pendirian PERSILAT, terdiri dari 13 orang tokoh yang berasal dari Indonesia (IPSI), Singapura (PERSISI) dan Malaysia (Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan). Mereka adalah

Sejak saat didirikannya () sampai tahun

, PERSILAT dikelola secara kolektif oleh sebuah Presidium yang terdiri dari 69 anggota. Eddie M. Nalapraya ditetapkan sebagai Ketua Presidium. Tugas Presidium adalah antara lain menyelenggarakan Kongres PERSILAT. Kongres yang pertama diselenggarakan oleh Presidium pada tahun 1983 di Kuala Lumpur. Asas PERSILAT adalah persaudaraan, kekeluargaan, persatuan dan menghormati satu sama lain serta tidak membeda-bedakan kebangsaan dan agama. PERSILAT adalah organisasi non-politik.

Tujuan PERSILAT adalah :

Menggali, memelihara, melestarikan, mengembangkan dan memasyara-katkan Pencak Silat beserta nilai- nilainya ke seluruh dunia, sebagai warisan budaya Nusantara bernilai tinggi, yang mempunyai aspek mental-spiritual, beladiri, seni dan olahraga sebagai satu kesatuan.
Membina, mengembangkan, mempersatukan dan menyelaraskan berbagai kegiatan di antara organisasi Pencak Silat di berbagai negara.
Menjadikan Pencak Silat sebagai sarana untuk membina pribadi utuh yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berjiwa kesatria, jujur dan adil serta rendah hati dan bertanggungjawab dalam mewujudkan persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan, persatuan dan persahabatan di antara bangsa-bangsa serta perdamaian dunia yang dinamis, adil, beradab dan abadi.

Memelihara dan menghormati kepentingan masing-masing anggota PERSILAT.

Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa)

Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa)
Dengan kerja keras PB IPSI di bawah kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya serta dukungan pemerintah dan Presiden Soeharto sebagai Pembina Utama saat itu, IPSI dengan cepat menyebar luas ke dalam maupun ke luar negeri. Kehadiran IPSI sudah menjadi bagian dari Pemerintah Daerah. Pada tanggal 7-11 Maret 1980 di Jakarta telah berlangsung pertemuan antar negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura serta peninjau dari Brunei Darussalam untuk pembentukan federasi internasional pencak silat. Musyawarah dilakukan di Anjungan Jawa Barat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Hasil musyawarah ini adalah peresmian berdirinya Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa). Sebagai Ketua Presidium Persilat ditunjuk Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua Umum PB IPSI. Dan untuk membantu dia, sebagai Sekretaris Jenderal ditunjuk Oyong Karmayuda, SH.

Disepakati pula untuk menetapkan keempat negara pendiri sebagai sumber pencak silat, yaitu :

Indonesia : IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)
Singapura : Persisi (Persekutuan Silat Singapura)
Malaysia : Pesaka (Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia)
Brunei Darussalam : Persib (Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam)
Selain Anggota Pendiri, Persilat memiliki Anggota Berserikat (organisasinya telah diakui oleh instansi pemerintah negara yang bersangkutan) dan Anggota Gabungan (bertaraf perguruan dan belum diakui oleh instansi pemerintah negara yang bersangkutan).

Sampai pertengahan tahun 2006, pencak silat telah menyebar di 28 negara dan telah diwadahi dalam organisasi-organisasi pencak silat sebagai berikut :

Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Persekutuan Silat Singapura (Persisi)
Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (Pesaka)
Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalan (Persib)
Pencak Silat Association of Thailand (PSAT)
Ikatan Pencak Silat Vietnam (Isavie)
Philippines Pencak Silat Association (Philsilat)
Myanmar Pencak Silat Association (MPSA)
Pencak Silat of Laos (PSL)
Western Australia Pencak Silat Association (WAPSA)
Nederlandse Pencak Silat Bond (NPSB)
Japan Pencak Silat Association (Japsa)
Federation Espanola Pencak Silat (FEPS)
Pencak Silat Verband Oesterreichs (PSVO)
Suriname Pencak Silat Association (SPSA)
Pencak Silat Federation of The United Kingdom (PSFUK)
Pencak Silat Union of Belgium (PSUB)
Pencak Silat Union Deutschland (PSUD)
Association France Pencak Silat (AFPS)
Pencak Silat Switzerland (PSS)
Turkish National Pencak Silat Association (TNPSA)
Persekutuan Kanada Silat (Perkasa)
Palestine Association of Seni Silat (PASS)
Yemen Pencak Silat Federation (YPSF)
Nepal Silat Association (NSA)
Russian Pencak Silat Federation (RPSF)
Indian Pencak Silat Association (IPSA)
Federazione Italiana Pencak Silat (FIPS)
Tahun 1982 pencak silat mulai dipertandingkan pada tingkat internasional dengan Invitasi Pencak Silat Internasional ke-I di Stadion Senayan, Jakarta. Yang ke-II diadakan tahun 1984 di Jakarta dan yang ke-III tahun 1986 di Wina, Austria. Nama ini kemudian diganti menjadi Kejuaraan Dunia dan diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, tahun 1987. Berikutnya diadakan tahun 1989 di Den Haag, Belanda. Pada tahun 1992 kembali diadakan di Jakarta dan tahun 1995 diadakan di Thailand. Selain Kejuaraan Dunia, pencak silat juga dipertandingkan pada SEA Games.


Sebagai usaha memasukkan pencak silat ke Asian Games, IPSI dan anggota Persilat lainnya telah membentuk organisasi pencak silat Asia Pasific pada bulan Oktober 1999. Pada Asian Games 2002 di Korea Selatan, pencak silat masuk dalam agenda Sport Cultural Event. Sasaran selanjutnya adalah upaya memasukkan pencak silat resmi menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games mendatang.

Tokoh Pendiri IPSI

                       Tokoh Pendiri IPSI
Para pendiri IPSI pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta adalah :

Mr Wongsonegoro, Ketua Pusat Kebudayaan Kedu
Soeratno Sastroamidjojo, Sekretaris Pusat Kebudayaan Kedu
Marjoen Soedirohadiprodjo dari Setia Hati Organisasi
Dr Sahar dari Silat Sumatera
Soeria Atmadja dari Pencak Jawa Barat
Soeljohadikoesoemo dari Setia Hati Madiun
Rachmad Soeronegoro dari Setia Hati Madiun
Moenadji dari Setia Hati Solo
Roeslan dari Setia Hati Kediri
Roesdi Imam Soedjono dari Setia Hati Kediri
S Prodjosoemitro, Ketua PORI Bagian Pencak
Mohamad Djoemali dari Yogyakarta
Margono dari Setia Hati Yogyakarta
Soemali Prawiro Soedirdjo dari Ketua Harian Persatuan Olahraga Republik Indonesia
Karnandi dari Kementerian Pembangunan dan Pemuda
Ali Marsaban dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
Dengan didirikannya organisasi ini diharapkan bahwa pencak silat dapat digerakkan dan disebarluaskan sampai ke berbagai pelosok di tanah air sebagai suatu ekspresi kebudayaan nasional. Masyarakat juga mengharapkan bahwa pencak silat distandarisasi agar dapat diajarkan sebagai pendidikan jasmani di sekolah-sekolah dan dapat dipertandingkan dalam even-even olahraga nasional. Sesuai dengan keinginan tersebut, langkah pertama yang diusahakan oleh IPSI adalah terbentuknya suatu sistem pencak silat nasional yang dapat diterima oleh seluruh perguruan pencak silat yang ada di tanah air. Untuk sementara waktu, diadopsikan sebagai standaard system pelajaran pencak silat dasar yang sudah disusun oleh RM S Prodjosoemitro dan diajarkan di sekolah-sekolah di wilayah Solo dengan dukungan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Balai Kota Surakarta. Hasil dari usaha standarisasi awal pencak silat ini dipertunjukkan oleh kurang lebih 1.000 pesilat anak-anak dalam demonstrasi senam pencak silat massal pada Pembukaan PON I tanggal 8-12 September 1948 di Solo. Sejak PON I tersebut, pencak silat dilombakan sebagai demonstrasi dalam kategori solo dan ganda, baik tangan kosong maupun senjata. Tidak semua aliran dan perguruan pencak silat sepakat mengenai perlunya organisasi nasional. Ada yang khawatir bahwa dengan penyusunan sistem pencak silat nasional maka persatuan aliran-aliran pencak silat tidak akan terlaksana, bahkan akan terdapat perpecahan karena tiap aliran atau perguruan pencak silat akan mengklaim dirinya yang terbaik. Pada awalnya Gapensi ikut menolak karena anggota panitia IPSI dianggap didominasi oleh anggota perguruan pencak silat Setia Hati. Selain itu, beberapa perguruan pencak silat di daerah Kauman, yang saat ini dikenal dengan nama Tapak Suci, ikut menolak karena Mr Wongsonegoro yang dijadikan Ketua IPSI dikenal sebagai salah seorang tokoh aliran kebatinan. Salah satu anggota Gapensi, yaitu Sukowinadi, kemudian mendirikan organisasi yang bernama Perpi (Persatuan Pencak Indonesia) yang menaungi perguruan pencak silat Benteng Mataram, Mustika, Bayu Manunggal, Bima Sakti dan Trisno Murti. Organisasi baru ini didukung oleh Phasadja Mataram dan Tapak Suci. Persatuan dan kesatuan jajaran pencak silat di Indonesia masih belum benar-benar terwujud dengan adanya berbagai organisasi pencak silat tersendiri di luar IPSI seperti Gapensi, Perpi, Putra Betawi, dan lainnya. Ditambah lagi pada tahun 1950 ketika terjadi pergolakan pemberontakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilakukan oleh kelompok gerakan separatis DI/TII. Panglima Teritorium III, Kolonel RA Kosasih, dibantu oleh Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun, pada bulan Agustus 1957 mendirikan PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) di Bandung yang bertujuan menggalang kekuatan jajaran pencak silat untuk menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah bagian barat dan DI Yogyakarta. Sesuai dengan wilayah pembinaannya, yang masuk dalam PPSI adalah perguruan pencak silat aliran Pasundan.

Akibat dibentuknya PPSI menimbulkan dualisme pembinaan dan pengendalian pencak silat di Indonesia. Pendekar-pendekar Jawa Barat merasa bahwa kegiatan yang diprakarsai IPSI didominasi Jawa Tengah dan Jawa Timur, tidak mencapai Jawa Barat. Menurut pendekar Jawa Barat tetap diperlukan suatu organisasi khusus untuk mengayomi dan mengembangkan perguruan-perguruan pencak silat yang beraliran Jawa Barat. Pada tahun 1950-an IPSI dan PPSI bersaing berebut pengaruh di dunia persilatan dengan saling banyak mendirikan cabang di seluruh provinsi di Indonesia. PPSI berkembang di daerah Jawa Barat, Lampung dan Jawa Timur bagian timur. Pada tanggal 21-23 Desember 1950 di Yogyakarta diadakan Kongres IPSI II yang memutuskan untuk mengukuhkan organisasi dan menyusun Pengurus Besar IPSI di mana Mr Wongsonegoro diangkat sebagai Ketua Umum, Sri Paduka Paku Alam sebagai Wakil Ketua Umum dan Rachmad sebagai Penulis I. Gapensi dan Perpi ikut bergabung dengan IPSI. Tokoh-tokoh Gapensi dan Perpi menduduki jabatan penting dalam keorganisasian IPSI. RM Soebandiman Dirdjoatmodjo kemudian diangkat sebagai Kepala Seksi Pencak di Inspeksi Pendidikan Jasmani yang berada di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Jawa Timur. Pada tahun 1952 dibentuk Lembaga Pencak Silat di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pada tahun 1953 aktivitas pencak silat dipindahkan dari Jawatan Pendidikan Masyarakat ke Jawatan Kebudayaan. Pada tahun tersebut juga diadakan Kongres IPSI III di Bandung. Demonstrasi pencak silat yang bersifat internasional dalam misi kebudayaan Indonesia dilakukan pada tahun 1955 di Praha, Leningrad, Budapest dan Kairo. Sistem pencak silat nasional yang telah distandarisasi oleh IPSI ternyata belum dapat memenuhi harapan masyarakat, sehingga peralihan pencak silat dari sarana beladiri menjadi sejenis senam jasmani memakan waktu yang cukup lama. Tim ahli teknik IPSI yang terdiri dari pakar-pakar dari berbagai aliran dan perguruan pencak silat mempelajari ratusan kaidah dan gerak kemudian mencoba menyatukan mereka tanpa menghilangkan warna-warni yang khas. Mereka juga harus menyesuaikan sistem pelajaran tradisional pencak silat yang berpatokan kepada jurus (seri atau kumpulan gerakan) dengan prinsip olahraga modern.

Pada tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium Pencak Silat yang bertujuan untuk menyusun peraturan pertandingan pencak silat yang baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga yang dapat dipertandingkan di tingkat nasional. Anggota laborat tersebut terdiri dari Arnowo Adji HKP dari Perisai Diri, Januarno dan Imam Suyitno dari Setia Hati Terate, Mochamad Hadimulyo dibantu Dr Rachmadi Djoko Suwignjo dan Dr Mohamad Djoko Waspodo dari Nusantara. Selain mengalami kesulitan teknis dalam mengembangkan metode dan sistematika olahraga yang dapat diterima oleh semua pihak, IPSI juga mendapat resistensi dari kalangan pendekar tradisional yang enggan menerima pemikiran-pemikiran baru karena tidak menginginkan reduksi pencak silat hanya kepada satu bentuknya, yaitu olahraga. Mereka khawatir bahwa aspek integral yang lain, khususnya aspek seni dan aspek spiritual, akan diabaikan dan tidak dapat dirasakan lagi sebagai unsur-unsur yang saling terkait dalam satu totalitas sosiokosmik. Kesulitan juga datang dari luar dunia pencak silat, karena persaingan yang ketat dari beladiri impor. Antara tahun 1960 - 1966, pada waktu terjadi kemerosotan ekonomi dan politik negara yang turut berdampak terhadap IPSI, beladiri karate dari Jepang secara resmi masuk Indonesia dan dengan tangkasnya memasuki kalangan pelajar dan militer. Pada awalnya, karate dan judo dipraktikkan sebagai olahraga dan dipertandingkan di depan umum. Penerimaan yang positif terhadap beladiri asing, memaksa kalangan pencak silat untuk berpikir dan berbuat lebih baik dalam usaha mengembangkan pencak silat olahraga. Kehadiran karate di Indonesia merupakan cambuk yang benar-benar efektif untuk membangunkan kalangan pencak silat dari tidurnya. Penggeseran konseptual akhirnya terjadi, meskipun beberapa pendekar pencak silat keberatan apabila makna pencak silat sebagai unsur kebudayaan dalam arti luas dipersempit agar aspek olahraga dapat diutamakan. Pada bulan Januari 1961 IPSI dipindahkan dari Jawatan Kebudayaan ke Jawatan Pendidikan Jasmani, kemudian pada tanggal 31 Desember 1967 IPSI turut aktif dalam mendirikan KONI. Jawatan Pendidikan Jasmani menyelenggarakan Seminar Pencak Silat Seluruh Indonesia yang membahas masalah penyusunan cara pertandingan pencak silat nasional. Kemudian dilakukan uji coba pertandingan bebas full body contact di Solo dan Madiun. Pada tahun yang sama berlangsung PON V di Bandung yang juga mempertandingkan pencak silat. Pada tahun 1970-an muncul kerangka konseptual di mana induk-induk olahraga beladiri dianggap sebagai alat pertahanan nasional. Sebagai akibatnya cabang-cabang ilmu beladiri mulai ditempatkan di bawah pimpinan tokoh-tokoh militer. Pada Kongres IPSI IV tahun 1973 di Jakarta, Ketua Umum PB IPSI Mr Wongsonegoro yang saat itu usianya sudah sangat tua diganti oleh Brigjen TNI Tjokropranolo, Gubernur DKI Jakarta. Pada tanggal 20-24 Nopember 1973 diadakan Seminar Pencak Silat III di Bogor, nama Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia diubah menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia. Dia dengan dibantu oleh beberapa perguruan pencak silat melakukan pendekatan kepada pimpinan PPSI yang akhirnya dalam keputusan Kongres IPSI IV ini PPSI bergabung ke dalam IPSI walaupun masih ada beberapa anggotanya yang tetap bertahan. Kebetulan ketiga pimpinan PPSI satu corps dengan dia di Corps Polisi Militer. Perguruan-perguruan tersebut dianggap telah berhasil mempersatukan kembali seluruh jajaran pencak silat ke dalam organisasi IPSI.

Pada masa kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya, perguruan-perguruan yang ikut aktif dalam memperjuangkan keutuhan IPSI tersebut diberi istilah Perguruan Historis dan dijadikan Anggota Khusus IPSI. Mereka dipandang mempengaruhi sejarah dan perkembangan IPSI serta pencak silat pada umumnya antara tahun 1948 dan 1973 dengan memberikan kontribusi kepada kesatuan pemikiran dalam pembentukan organisasi nasional tunggal pencak silat Indonesia yang diberi nama IPSI, kesatuan tekad untuk mempertahankan IPSI sebagai satu-satunya organisasi nasional pencak silat di Indonesia, kesatuan dukungan untuk menjadikan IPSI sebagai anggota KONI dan kesatuan dukungan untuk memasukkan pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan. Sepuluh Perguruan Historis tersebut adalah :

Persaudaraan Setia Hati
Persaudaraan Setia Hati Terate
Kelatnas Indonesia Perisai Diri
PSN Perisai Putih
Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Phasadja Mataram
Perpi Harimurti
Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI)
PPS Putra Betawi
KPS Nusantara
Keputusan Kongres IPSI IV ini juga mengesahkan peraturan pertandingan pencak silat untuk dipergunakan dalam PON VIII tahun 1973 di Jakarta. Pada PON itu cabang pencak silat diikuti oleh 15 daerah dengan 106 atlet putra dan 22 atlet putri. Pada tanggal 27 April sampai 1 Mei 1975 dilangsungkan Kejuaraan Nasional Pencak Silat I di Semarang yang diikuti oleh 18 provinsi. Pada Munas IPSI tahun 2003, Ketua Umum PB IPSI yang dijabat oleh Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya digantikan oleh Letjen TNI Prabowo Subianto

Sejarah IPSI

                             Sejarah IPSI
Upaya untuk mempersatukan pencak silat sebetulnya sudah dimulai pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1922 di Segalaherang, Subang, Jawa Barat, didirikan Perhimpunan Pencak Silat Indonesia untuk menggabungkan aliran pencak Jawa Barat yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Pada masa pendudukan Jepang, Presiden Soekarno pernah menjadi pelindungnya. Upaya serupa juga diadakan di Yogyakarta. Pada tahun 1943, beberapa pendekar pencak silat, yaitu R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram, Mohamad Djoemali dari Taman Siswa, RM Harimurti dari Krisnamurti, Abdullah dari Pencak Kesehatan, R Soekirman dari Rukun Kasarasaning Badan, Alip Purwowarso dari Setia Hati Organisasi, Suwarno dari Setia Hati Terate, R Mangkupujono dari Persatuan Hati dan RM Sunardi Suryodiprojo dari Reti Ati, mendirikan organisasi yang bernama Gapema (Gabungan Pencak Mataram) untuk bersama-sama menggalang pencak silat yang tumbuh di Kesultanan Yogyakarta. Gapema ini merupakan sebuah batalyon yang seluruh anggotanya adalah pesilat dan turut berjuang dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia.


Setelah beberapa tahun, tepatnya pada tahun 1947, di Yogyakarta juga berdiri satu organisasi bernama Gapensi (Gabungan Pentjak Seluruh Indonesia) yang bertujuan mempersatukan aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Gapensi didirikan oleh Mohamad Djoemali dari Taman Siswa bersama beberapa tokoh pencak silat, yaitu RM Soebandiman Dirdjoatmodjo dari Perisai Diri, Ki Widji Hartani dari Prisai Sakti Mataram, R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram dan Widjaja. Meskipun organisasi di Jawa Barat dan Yogyakarta ini bercita-cita nasional, keanggotaannya masih berskala lokal. Untuk itu PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia), yang kemudian berganti nama menjadi KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), mengadakan sebuah Konperensi Bagian Pentjak di Solo pada tanggal 2 Juni 1948. Pertemuan tersebut sebelumnya telah diawali dengan rapat pembentukan Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia di Solo pada awal tahun 1947 yang diprakarsai oleh Mr Wongsonegoro, yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Dari hasil rapat ini dibentuklah panitia IPSI (Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia) pada bulan Mei 1947 yang diketuai oleh Mr Wongsonegoro. IPSI bernaung di bawah Kementerian Pembangunan dan Pemuda.

Ikatan Pencak Silat Indonesia

           Ikatan Pencak Silat Indonesia

Ikatan Pencak Silat Indonesia (disingkat IPSI) adalah induk organisasi resmi pencak silat di Indonesia di bawah naungan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Pencak silat merupakan olahraga seni beladiri yang berasal dari bangsa Melayu, termasuk Indonesia. Jumlah perguruan pencak silat sangat banyak, berdasarkan catatan PB IPSI sampai dengan tahun 1993 telah mencapai 840 perguruan pencak silat di Indonesia. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). IPSI didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa Tengah.[1]

Gerakan macan dan monyet berkelahi, jurus andalan silat Cimande

           Gerakan macan dan monyet                 berkelahi, jurus andalan silat Cimande

Silat Cimande, tidak hanya terkenal di dalam negeri, tapi juga tersohor hingga ke mancanegara. Pasalnya, silat Cimande telah menelurkan perguruan-perguruan pencak silat, hingga kemudian dia disebut aliran ini sebagai ibunya pencak silat.

Menurut sesepuh Kampung Cimande Tarikolot, Raden Haji Ujang Aden, aliran pencak silat Cimande sudah turun temurun dari leluhur mereka sejak berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun. Kata Haji Ujang, ada satu tokoh yang cukup terkenal ketika berbicara pencak silat Cimande, yakni Abah Khaer (ada yang menyebut Kaher, Kahir, Kair, Kaer).

"Menurut cerita almarhum bapak, kakek dan buyut, Abah Khaer ini orang yang alim dan mahir pencak silat," ujar Haji Ujang saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Minggu (25/8).

Diakui Haji Ujang, banyak versi mengenai cerita Abah Khaer. Pasalnya, orang-orang dulu yang alim dan sakti seperti Abah Khaer enggan diceritakan lebih jauh soal sosoknya.

"Karena rendah hati dan tawaduknya, sebenarnya tidak boleh cerita-cerita. Karena semuanya untuk siar dan dakwah agama Islam," jelasnya.

Salah satu versi menyebutkan, Abah Khaer adalah seorang pedagang dan menetap di Cimande. Abah Khaer sering melakukan perjalanan dari Bogor, Bandung, Subang, Sumedang, Batavia (sekarang Jakarta) dan kota-kota lainnya. Kala itu, kota-kota tersebut masih hutan belantara dan banyak sekali binatang buas seperti harimau.

Suatu hari, saat pulang berdagang, Abah Khaer tidak menemukan istrinya di rumah. Padahal saat itu dia lapar tapi tak hidangan makanan yang tersaji.

Istrinya baru tiba menjelang malam. Karena emosi, Abah Khaer memukul istrinya, tapi hebatnya sang isteri berhasil mengelak.

Usut punya usut, sang istri mengaku belajar jurus-jurus menghindar dari segerombol monyet yang berkelahi dengan harimau sewaktu dirinya berada di sungai. Harimau atau macan itu tadi bertarung dengan monyet yang membawa senjata berupa ranting kayu untuk memukul macan.

Kagum pada jurus itu, agar tak lupa Abah Khaer meminta diajarkan gerakan yang sama ke istrinya. Karena butuh waktu untuk menghapalkan jurus-jurus itu, Abah Khaer memutuskan berhenti berdagang untuk berlatih jurus gerakan perkelahian macan dan monyet.

"Istilah jurus pamacan (macan), jurus papedangan, kelid Cimande, tonjok bareng, dan jurus lainnya, itu mungkin dari perkelahian monyet dan macan yang dipelajari oleh Abah Khaer. Kita sebenarnya nggak boleh menceritakan. Itu pesan leluhur-leluhur karena menjaga sikap rendah hati dan tak mau pamer, biar Yang Maha Kuasa yang tahu," jelas Nci, salah satu anak Haji Ujang.

Jurus Pamacan inilah yang cukup terkenal di Silat Cimande. Kekuatan jurus ini berkutat pad kedua kaki saat pasang kuda-kuda. Kaki melebar dan sedikit jongkok.

Sedangkan posisi tangan, masing-masing terbuka seperti mulut macan yang lagi mengaung. Jika musuh atau lawan datang, tangan digoyang ke kanan dan kiri untuk melayangkan pukulan.

Untuk gerakan kaki sendiri selaras dengan ayunan tangan. Namun, kekuatan tetap bertumpu pada kaki-kaki yang mana suatu saat melakukan tendangan.


"Ada yang model guling-guling seperti macan," tandasnya.

Macam-macam Jenis Senjata Yang Digunakan Dalam Pencak Silat

        Macam-macam Jenis Senjata Yang       Digunakan Dalam Pencak Silat

Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku bangsa Nusantara.

Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh dari aliran-aliran tersebut.

Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri dan olah raga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek olah raga dan aspek bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa.

Selain bertarung dengan tangan kosong, pencak silat juga mengenal berbagai macam senjata. antara lain:


a.   Keris: sebuah senjata tikam berbentuk pisau kecil, sering dengan bilah bergelombang yang dibuat dengan melipat berbagai jenis logam bersama-sama dan kemudian cuci dalam asam.
b.   Kujang: pisau khas Sunda
c.   Samping/Linso: selendang kain sutera dipakai sekitar pinggang atau bahu, yang digunakan dalam penguncian teknik dan untuk pertahanan terhadap pisau.
d.   Galah: tongkat yang terbuat dari kayu, baja atau bambu .
e.   Cindai: kain, biasanya dipakai sebagai sarung atau dibungkus sebagai kepala gigi. Tradisional perempuan menutupi kepala mereka dengan kain yang dapat diubah menjadi cindai.
f.    Tongkat/Toya: tongkat berjalan yang dibawa oleh orang tua, pengelana dan musafir.
g.   Kipas: kipas lipat tradisional yang kerangkanya dapat terbuat dari kayu atau besi.
h.   Kerambit/Kuku Machan: sebuah pisau berbentuk seperti cakar harimau yang bisa diselipkan di rambut perempuan.
i.    Sabit/Clurit: sebuah sabit, biasa digunakan dalam pertanian, budidaya dan panen tanaman.
j.    Sundang: sebuah ujung pedang ganda Bugis, sering berombak-berbilah
k.   Rencong: belati Aceh yang sedikit melengkung
l.    Tumbuk Lada: belati kecil yang juga sedikit melengkung mirip rencong, secara harfiah berarti "penghancur lada".
m.  Gada: senjata tumpul yang terbuat dari baja.
n.   Tombak: lembing yang terbuat dari bambu, baja atau kayu yang kadang-kadang memiliki bulu yang menempel di dekat pisau.
o.   Parang/Golok: pedang pendek yang biasa digunakan dalam tugas sehari-hari seperti memotong saat menyisir hutan.
p.   Trisula: tiga sula atau senjata bercabang tiga
q.   Chabang/Cabang: trisula bergagang pendek, secara harfiah berarti "cabang".


Demikian beberapa macam jenis peralatan persenjataan yang digunakan dalam seni bela diri pencak silat. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

2 Senjata Tradisional Minangkabau

         2 senjata tradisional Minangkabau
2 Senjata Tradisional Minangkabau – Indonesia, sebagai negara beragam suku bangsa, tentu memiliki kekayaan beragam kultur budaya. Oleh karena itu setiap daerah memiliki ciri identitas masing-masing.

Begitu pula dengan senjata tradisionalnya. Provinsi Sumatera Barat yang dikenal memiliki akar budaya Minangkabau yang kuat, tentu saja memiliki senjata hasil produk budaya.

Menurut wikipedia.org; Senjata adalah suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh atau menghancurkan suatu benda.

Senjata dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri, dan juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat digunakan untuk merusak (bahkan psikologi dan tubuh manusia) dapat dikatakan senjata.


Etnis Minangkabau sejak dulu kala dikenal sebagai bangsa perantau, masyarakat Minangkabau umumnya dibekali keahlian beladiri Silek (Silat), mereka biasanya juga melindungi diri dengan perbekalan senjata.
Senjata-Senjata Tradisional Masyarakat Minangkabau:

1. Senjata Tradisional Minang Kabau – Kerambit


Kerambit dipakai dalam pertarungan jarak pendek (Close Range Combat) yang lebih mengandalkan keberanian dan keahlian bela diri.

Senjata ini dikategorikan senjata berbahaya, karena dapat digunakan untuk menyayat maupun merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan tidak terdeteksi.

Sabetan senjata Kerambit bila mengenai tubuh, dari luar memang tampak seperti luka sayatan kecil, namun pada bagian dalam tubuh bisa menimbulkan akibat yang sangat fatal karena urat-urat putus.

Berdasarkan sejarah, Kerambit dipercaya berasal dari Minangkabau. Dalam catatan tertua yang ditemukan, yaitu Asian Journal British: July – Dec 1827, mengatakan bahwa tentara Minangkabau dipersenjatai dengan keris di pinggang dan tombak di tangan mereka

Sedangkan Kerambit digunakan sebagai upaya terakhir ketika senjata lain habis atau hilang dalam pertempuran.

Saat ini Kerambit telah dikembangkan pihak barat dengan banyak varian, dan menjadi senjata wajib personel US Marshall.

2. Senjata Tradisional Minang Kabau – Karih

Karih (Keris) adalah Senjata tradisional Sumatera Barat. Bentuknya seperti keris tapi tidak berlekuk. Hulunya yang berukir agak melengkung ke bawah, sehingga lebih mudah untuk menggenggamnya.
Karih fungsinya sebagai senjata tikam, di samping belati. Karih biasanya dipakai oleh kaum laki-laki aristoktrat dan diletakkan di sebelah depan pinggang, saat sekarang penggunaannya hanya dipakai bagi mempelai pria sebagai pelengkap pakaian adat pria.

Rabu, 22 Maret 2017

Jenis - Jenis Senjata Tapak Suci

     Jenis - Jenis Senjata Tapak Suci



Senjata ini namanya SEGU artinya Serba Guna, diciptakan oleh pendiri Tapak suci yaitu Bapak M. Barie Irsyad.


Senjata ini bernama SENAKAR (Senjata Andalan Pendekar), merupakan senjata spesial dan andalan dari pendekar Joko Suseno. Senakar dikembangkan dari senjata Tapak Suci SEGU oleh Joko Suseno sebagai bagian dari ujian pendekar tahun 1995. Sifat senakar adalah agresif. Bentuk serangn dan tangkisan beruntun dan kombinasi/variasi. Teknik senakar antara lain : Tusuk, Tebas, Sodok, Kait, Congkel, Besut, dan Putaran.
Tongkat (Toyak), tongkat panajang adalah sebagai senjata dasar di perguruan Tapak Suci, karena tongkat panjang memadai untuk mendasari hampir semua permainan senjata. Teknik Toyak antara lain : Putaran, Tusukan, Tebasan, Goresan.

Tombak yang khas dari Tapak Suci dengan ukuran panjang +/- 1,2 m.

Itu saja terima kasi

Rabu, 08 Maret 2017

               Profil Pencak Silat Cimande





Mythos maempo Cimande
Tak jauh di tepian sungai Mande sebuah keluarga pedagang bernama Kahir hidup tinggal temtram dan damai. Di suatu hari istrinya pergi kesungai untuk melakukan kegiatan sehari-hari mencuci pakaian, makanan dan membuang hajat. Di saat istrinya mencuci pakaian di seberang tampak segerombolan monyet memungut buah kupak di tepian sungai, selang waktu kemudian datang seekor macan (maung) di tempat yang sama.
Monyet-monyet itu merasa terusik kenyamanannya dengan kedatangan macan, monyet-monyet itu menjerit jerit mengeluarkan suara sekeras-kerasnya. Suasana itu mengejutkan istri Kahir untuk memperhatikan keadaan , kemungkinan apa yang terjadi.
Macan itu marah mengaung dan menyerang ke arah monyet dengan tangannya yang kekar tetapi monyet yang bertubuh kecil itu, merasa tidak takut, meloncat dengan berkelid kembali menyerang dengan mengigit di bagian perut macan. Macan menggeliat kembali melakukan serangan- serangan namun tidak menyentuh tubuh monyet. Sebaliknya monyet yang lain dengan meggunakan tangkai kayu, mencoba mengganggu macan agar supaya marah dan menyerangnya kembali. Pada saat yang sama monyet kembali berkelit dan mengigitnya.
Kejadian ini detik demi detik diperhatikan dan diamati oleh Ibu Kahir direnungkan kembali teknik perkelaian itu. Sebagai akibatnya pekerjaannya tertinggal tidak terselesaikan tepat waktu, sehingga Ibu Kahir kembali ke rumah terlambat dan belum memasak makanan siang.
Keterlambatan memasak ini membuat Pak Kahir marah terhadap istrinya tak mau mengerti . Istrinya mencoba menjelaskan tetapi suaminya marah dengan menempeleng istrinya, dengan gerakan cepat berkelid , serangan itu dapat dihindari.Kemarahan yang tidak terkontrol itu meluap-luap dilakukan dengan pukulan demi pukulan namun tak berhasil menyentuh istrinya, cukup diatasi dengan gerakan kelid.
Pak Kaher nafasnya terengah-engah, bertanya kepada istrinya: "Di mana kamu belajar maen poho?" (artinya "menipu gerakan" dipersingkat menjadi "maempo"). Istrinya menjelaskan kepada suaminya , dia terlambat kembali dari sungai disebabkan lama sedang asik menikmati perkelaian (maung) macan dan monyet. Sejak itu Kahir bertanya-tanya bagaimana gerakan tadi, istrinya dengan rajin memberikan contoh gerakan kelid.
Kahir dengan cermat memulai memikirkan menjadi gerakan perkelaian yang kini dikenal dengan nama "jurus kelid pamonyet", monyet menyerang dengan tangkai kayu menjadi "jurus pepedangan" dan serangan tangan yang kokoh dikenal"jurus pamacan".
Karena posisi macan sewaktu menyerang monyet kedua kakinya sedang berada di posisi duduk dan monyet menggunakan posisi kuda-kuda rendah, maka latihan dasar Cimande pertama-tama jurus kelid dimulai dari posisi macan yaitu duduk dan tingkat berikutnya mulai latihan dari posisi berdiri dengan kuda-kuda pamonyet(rendah). Berikutnya teknik mempo' ini terus dikembangkan oleh Kahir dan masyarakat setempat memberikan nama maenpo' Cimande.
(Sumber wawancara dengan Bapak Rifai Guru Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta 1993)

Hidup guru Kahir
(kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:18-19)
Kahir tinggal di kampung Cogreg, Bogor menjadi pendekar yang disegani kira-kira pada tahun 1760 pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus mempo' Cimande. Kemudian murid-muridnya menyebarkan luaskan kedaerah lainnya seperti Batavia, Bekasi, Karawang, Cikampek, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Kuningan, dan Cirebon.
Sewaktu beliau tinggal di Cogreg Bogor, Kahir sering bepergian jauh meninggalkan kampung halamannya untuk berdagang kuda. Pengalamannya sering di begal oleh rampok dan bandit namun keadaan itu dapat diatasi karena kepiawaiannya bermain maempo'.
Di Batavia berkesempatan berkenalan dengan pendekar-pendekar silat Minangkabau dan Cina yang ahli dalam dunia persilatan untuk saling mencoba dengan bertukar pengalaman. Pertemuan dengan ahli silat lain ini memberikan cakrawala untuk membuka wawasan pandangan tentang permainan yang dimilikinya berinteraksi dengan budaya lain.
Ketika berdagang di Cianjur, beliau bertemu dengan Bupati Cianjur ke VI yakni Raden Adipati Wiratanudatar(1776-1813) Beliau menetapkan pindah ke Cianjur dan berdomisili di kampung Kamurang. Raden Adipati Wiratanudatar mengetahui bahwasanya Kahir mahir bermain mempo' untuk itu memintanya untuk mengajar keluarganya, pegawai kabupaten dan petugas keamanan.
Untuk membuktikan ketrampilannya, bupati mengadakan adu tanding melawan pendekar dari Cina dengan permainan kuntao Macao di alun-alun Cianjur. Pertandingan yang dimenangkan oleh Kahir ini membuat namanya semakin populer di Kabupaten Cianjur.
Pada tahun 1815 Kahir kembali ke Bogor, beliau memiliki 5 putra yaitu Endut, Ocod, Otang, Komar dan Oyot. Dari kelima anak inilah Cimande disebarkan keseluruh Tanah Pasundan. Sementara di Bogor yang meneruskan penyebaran Cimande adalah muridnya yang bernama Ace yang meninggal di Tarikolot yang hingga kini keturunannya menjadi sesepuh pencaksilat Cimande Tarikolot Kebon Jeruk Hilir.
Pada permulaan abad XIX di Jawa Barat adalah masa-masa kejayaan Cimande sehingga cara berpakaian Kahir dengan menggunakan pakaian celana sontok atau pangsi dengan baju kampret menjadi model pakaian pencak silat hingga kini.
Pada tahun 1825 Kaher meninggal dunia sedangkan buah karyanya terus berkembang dan diterima secara luas oleh masyarakat Jawa Barat. Pola pendidikannya dikembangkan oleh anak didiknya seperti Sera' dan aliran Ciwaringin yang dalam perkembangannya mengadakan perubahan jurus seperti yang dilakukan Haji Abdul Rosid. Akan tetapi berubahan itu tidak jauh berubah dari pakem mempo'Cimande .
Dewasa ini Cimande sudah berkembang ke seluruh pelosok dunia, masalahnya Kahir meninggalkan maempo Cimande tidak berupa catatan tertulis , oral tradisi yang tidak sistimatis. Di desa Cimande, maempo' Cimande tidak berada di dalam tatanan yang terpadu seperti organisasi.
Maempo Cimande perkembang bermula dari keturunan dan keluarga yang tidak terorganisir dalam waktu yang panjang telah menghasilkan murid-murid yang banyak dan dari senilah berkembang dengan seizin atau tidak menjadi perguruan-perguruan Cimande yang baru yang satu dengan yang lain tidak aling mengenal lagi.
Setidak tidaknya Cimande menjadi bagian dasar pendidikan aliran-aliran pencak silat baru yang sudah banyak tersebar diseluruh dunia.

Pola dasar Cimande
(kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:20-22)
Cimande pada mulanya menggunakan teknik perkelaian dengan jarak jauh, yaitu pesilat mengambil jarak jangkau selepas kaki, jarak ini dimungkinkan untuk dapat mudah menghindari serangan lawan. Jarak ini menjadi jarak dominan untuk serang balik.
Setiap pesilat dalam melakukan serangan harus memperhatikan sikap kaki atau kuda-kuda yang bertujuan untuk menjaga jarak lawan. Kuda-kuda pipih yang digunakan dapat dengan mudah dipindah-pindah, dan dapat diubah-ubah dalam kecepatan dan frekuensi tinggi. Karena dipastikan lawan akan memberikan serangan jarak dalam bentuk pukulan atau tendangan cepat dan tinggi, untuk mengatasinya maka diperlukan jurus agar pesilat dapat mengimbanginya.
Secara garis besar Comande dibagi dibagi dalam tatanan yaitu: Kelid Cimande, Pepedangan Cimande dan Tepak Selancar. Kelid dan Pepedangan merupakan jurus beladiri, sedangkan Tepak Selancar Jurus Seni (dengan iringan musik gendang pencak).
1. Jurus Kelid Cimande
Jurus ini adalah jurus inti yang bertujuan menangkis serangan lawan dengan berusaha merobohkannya. Kelid artinya menangkis serangan lawan sambil berusaha merobohkannya.
Jurus ini berjumlah 33 jurus yaitu:
1.tonjok bareng,
2.tonjok saubelah,
3.kelid selup,
4.timpah seubelah,
5.timpah serong ,
6.timpah duakali,
7.batekan,
8.teke tampa,
9.teke purilit
10.tewekan,
11.kedutan,
12.guaran,
13.kedut guar
14.kelid dibeulah
15.selup dibeulah,
16,kelid tonjok
17.selop tonjok
18.kelid tilu,
19.selup tilu
20.kelid lima
21.selup lima
22 peuncitan,
23.timpah bohong
24.serong panggul,
25.serong guwil,
26.serong guar,
27.singgul serong,
28.singgul sebelah,
29.sabet pedang,
30.beulit kacang,
31.beulit jalak pengkor
32.pakala alit
33.pakala gede
Jika diperhatikan jurus kelid ini nampaknya tertumpu pada ketangguhan tangan sebagai inti kekuatan, seperti:
Tonjok : bentuk tangan mengepal
Teke : menggunakan ruas jari tangan
Tewekan : bentuk tangan pipih menusuk
Kedutan : menggunakan telapak tangan
Guaran : menggunakan sisi tangan bagian luar aupun dalam
Singgulan : menggunakan pangkal tangan
Secara keseluruhan gerakan jurus kelid terlihat agak unik dari gerakan silat lainnya yang pada biasanya keuatan serangan bertumpu kepada kaki seperti silat Minangkabau.
Untuk melatihnya:
Biasanya dilakukan dengan duduk ditempat, sepasang duduk saling berhadapan salah satu kaki dilipat dan lainnya dilonjorkan kedepan demikian pula pasangannya dengan posisi sebaliknya. Pasangan itu melakukan serang bela dalam posisi duduk .
Tujuan latihan ini untuk melatih daya emajinasi seseorang untuk menentukan kuda-kuda yang tepat saat jurus-jurus tersebut dilakukan dengan posisi berdiri. Dengan dikuasainya gerakan tangan tentunya secara otumatis dapat dengan mudah menggunakan kuda-kuda dan serang bela.
2. Jurus pepedangan Cimande
Jurus ini bertumpu kesigapan kaki dan teknik serangan senjata golok. Dalam latihan digunakan senjata dari bambu sebagai pengganti senjata yang sesungguhnya.
Jurus pepedangan ini berjumlah 1 rangkaian jurus yaitu elakan sebeulah - selup kuriling - jagangan - tagongan - piceunan - balungbang- balumbang - sabeulah - opat likur - buang dua kali - selup kuriling langsung - selop bohong.
3. Jurus Tepak Selancar
Jurus ini hanya disajikan sebagai keindahan gerak karena jurus jurusnya memiliki unsur keindahan dan setiap penampilannya harus diiringi musik gendang pencak yang terdiri dari dua gendang besar(indung) dan dua gendang kecil(kulantir) yang berperan sebagai pengiring gerakan dan mengatur tempo lagu. Terompet sebagai melody lagu dan gong kecil (kempul) atau bende dalam penampilannya gerakan pencak selalu ditikberatkan dengan iringan gendang.
Pakem musik yang sudah baku ialah: tepak dua, tepak dungdung , paleredan, golempang dan tepak tilu.

Calon murid dan kode etik
(kutipan singkat dari Gema Pencak Silat Vol. 3, no. 1:20-22)
Setiap calon murid Cimande yang akan mengikuti latihan terlebih dahulu harus menyatakan kesediaannya mematuhi tatacara atau etika perguruan yang amat dihormati;
Syarat-syaratnya ialah harus melalui rangkaian upacara tradisi seperti puasa selama 7 hari yang dimulai dari hari Senin atau Kamis.
Selanjutnya membacakan sumpah atau janji (Patalekan Cimande)
1. Harus taat sdan taqwa kepada Allah dan Rasulnya
2. Jangan melawan kepada ibu dan bapak
3. Jangan melawan kepada guru dan ratu(pemerintah)
4. Jangan berjudi dan mencuri
5. Jangan ria, takabur dan sombong
6. Jangan berbuat zinah
7. Jangan bohong dan licik
8. Jangan mabok-mabokan dan menghisap madat
9. Jangan jahil dan menganiaya sesama mahluk Tuhan
10. Jangan memetik tampa ijin, mengambil tampa minta,
11. Jangan suka iri hati dan dengki
12. Jangan suka tidak membayar hutang
13. Harus sopan santun, rendah hati dan saling harga menghargai diantara sesama manusia.
14. Berguru Cimande bukan untuk gagah-gahan , kesombongan dan ugal-ugalan tetapi untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Patalekan Cimande dijelaskan sedemikian rupa dan diulang-ulang kepada calon murid hingga murid benar-benar memahaminya dan mematuhinya dengan dipegang tangannya oleh guru sebagai tanda kesanggupan .
Berikutnya guru membacakan do'a tawasul dan meneteskan air bercampur daun sirih ke mata sang murid (dipeureh) tradisi ini disebut upacara keceran untuk menajamkan pandangan mata.
Pada dasarnya Cimande ini berfungsi sebagai media siar agama Islam oleh karena itu ketaatan kepada Allah dan Rasulnya dengan menjalankan segala perintahnya dan menjahui larangannya merupakan syariat yang harus ditaati warga Cimande. Cimande merupakan pengisi dan pengekang nafsu hewani dan sifat-sifat lain yang dapat merugikan semua pihak. Hal ini Cimande bukan bertujuan untuk menguasai dan berkuasa atas diri manusia lainnya. Pada hakekatnya Talek Cimande adalah roh dari pencaknya, tampa Talek Cimande, pencak Cimande ibarat mayat yang menebarkan bau busuk yang menyesakkan.

Semoga informasi ini berfana'at memberi gambaran apa dan bagaimana Cimande.

Wassalamu'alaikum
         Sejarah Pencak Silat Keris Pusaka




Assalamu'alaikum sahabat,
saya hari ini akan berbagi informasi tentang sejarah Pencak Silat Keris Pusaka yaitu perguruan saya sendiri, oke selamat membaca^^

Perguruan Pencak Silat Keris Pusaka Aliran CIMACAN didirikan oleh Bpk. Kiyai Muhammad Yahya Wijaya Kesuma yang berasal dari Banten. KERIS PUSAKA bertujuan untuk membina generasi muda beraktifitas positif, melestarikan kebudayaan dan tradisi bangsa Indonesia yang luhur, kritis, menjalin silaturrahmi dan berprestasi. Perguruan KERIS PUSAKA ada di Jawa Barat, DKI Jakarta dan Sumatera Utara dan dan tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah dan daerah lainnya. Keris Pusaka ikut melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia apapun bentuk seni tradisi bangsa Indonesia yang bermartabat, sebagai Tameng  untuk bela bangsa dan bela negara dari intervensi kebudayaan dalam dan luar negeri yang negatif.

Perguruan pencak silat keris pusaka tidak hanya membina prestasi saja, tetapi juga membina adab dan akhlaq manusia sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.

Organisasi ini bernama PERGURUAN PENCAK SILAT KERIS PUSAKA dan disingkat dengan PPS. KERIS PUSAKA atau KERIS PUSAKA
PPS. KERIS PUSAKA di resmikan di Desa Bakaran Batu - Kecamatan Batang Kuis - Kabupaten Deli Serdang - Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 6 Juli 1988 untuk jangka waktu dan tempat yang tidak ditentukan
PPS. KERIS PUSAKA dikembangkan di seluruh wilayah Republik Indonesia maupun luar negeri sesuai dengan tujuan dan pengembangan pencak silat

Tujuan PPS Keris Pusaka;
PPS Keris Pusaka bertujuan mengembangkan pencak silat sebagai seni budaya Bangsa Indonesia yang harus dilestarikan terus menerus
 PPS Keris Pusaka bertujuan membina bangsa berakhlak dan berbudi pekerti luhur
 PPS Keris Pusaka bertujuan membina bangsa menjadi terampil, disiplin, berani membela yang benar, dan berjiwa satria
 PPS Keris Pusaka berperan serta mengembangkan Pencak Silat sebagai bentuk Ketahanan Nasional dan Bela Negara
Pencak Silat Keris Pusaka juga membuka unit diberbagai Kota/Kabupaten Di Indonesia

Unit latihan PPS Keris Pusaka

MEDAN
Jalan Pertiwi Ujung, Sekolah Min Medan Tembung
DELI SERDANG
Jalan Besar Tembung, KANTOR KORAMIL PERCUT SEI TUAN
Jalan Sederhana Ujung, SDN 04, tembung
Jalan Pusaka Psr XI, tembung
PONTIANAK
Jalan Kuala Dua Gg. Tegal Sari 2 no 69, Pontianak, Kalimantan Barat
BEKASI
Jalan Flamboyan Raya, SMAN 10 BEKASI
BATAM

Tiban Lama Kec. Sekupang, Batam

Wassalamu'alaikum wr wb
TERIMAKASI


Selasa, 07 Maret 2017

              Silat Harimau Minangkabau






Silat Minangkabau (bahasa Minangkabau: silek Minangkabau) adalah seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. Di samping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar.

Filosofi dan tujuan



Randai, sebuah tarian Minangkabau yang mengadopsi gerakan silat.
Wilayah Minangkabau di bagian tengah Sumatera sebagaimana daerah di kawasan Nusantara lainnya adalah daerah yang subur dan produsen rempah-rempah penting sejak abad pertama Masehi, oleh sebab itu, tentu saja ancaman-ancaman keamanan bisa saja datang dari pihak pendatang ke kawasan Nusantara ini. Jadi secara fungsinya silat dapat dibedakan menjadi dua yakni sebagai

panjago diri (pembelaan diri dari serangan musuh), dan
parik paga dalam nagari (sistem pertahanan negeri).
Untuk dua alasan ini, maka masyarakat Minangkabau pada tempo dahulunya perlu memiliki sistem pertahanan yang baik untuk mempertahankan diri dan negerinya dari ancaman musuh kapan saja. Silek tidak saja sebagai alat untuk beladiri, tetapi juga mengilhami atau menjadi dasar gerakan berbagai tarian dan randai (drama Minangkabau) . Emral Djamal Dt Rajo Mudo (2007) pernah menjelaskan bahwa pengembangan gerakan silat menjadi seni adalah strategi dari nenek moyang Minangkabau agar silat selalu diulang-ulang di dalam masa damai dan sekaligus untuk penyaluran "energi" silat yang cenderung panas dan keras agar menjadi lembut dan tenang. Sementara itu, jika dipandang dari sisi istilah, kata pencak silat di dalam pengertian para tuo silek (guru besar silat) adalah mancak dan silek. Perbedaan dari kata itu adalah:

Kata mancak atau dikatakan juga sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukan.
Kata silek itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.
Para tuo silek juga mengatakan jiko mamancak di galanggang, kalau basilek dimuko musuah (jika melakukan tarian pencak di gelanggang, sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh). Oleh sebab itu para tuo silek (guru besar) jarang ada yang mau mempertontonkan keahlian mereka di depan umum bagaimana langkah-langkah mereka melumpuhkan musuh. Oleh sebab itu, pada acara festival silat tradisi Minangkabau, maka penonton akan kecewa jika mengharapkan dua guru besar (tuo silek) turun ke gelanggang memperlihatkan bagaimana mereka saling serang dan saling mempertahankan diri dengan gerakan yang mematikan. Kedua tuo silek itu hanya melakukan mancak dan berupaya untuk tidak saling menyakiti lawan main mereka, karena menjatuhkan tuo silek lain di dalam acara akan memiliki dampak kurang bagus bagi tuo silek yang "kalah". Dalam praktik sehari-hari, jika seorang guru silat ditanya apakah mereka bisa bersilat, mereka biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan bahwa mereka hanya bisa mancak (pencak), padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan silek (silat). Inilah sifat rendah hati ala masyarakat Nusantara, mereka berkata tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan saja yang bicara. Jadi kata pencak dan silat akhirnya susah dibedakan. Saat ini setelah silek Minangkabau itu dipelajari oleh orang asing, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana serangan-serangan mematikan itu mereka lakukan. Keengganan tuo silek ini dapat dipahami karena Indonesia telah dijajah oleh bangsa Belanda selama ratusan tahun, dan memperlihatkan kemampuan bertempur tentu saja tidak akan bisa diterima oleh bangsa penjajah pada masa dahulu, jelas ini membahayakan buat posisi mereka.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa silat itu berasal dari kata silek. Kata silek pun ada yang menganggap berasal dari siliek, atau si liat, karena demikian hebatnya berkelit dan licin seperti belut. Di tiap Nagari memiliki tempat belajar silat atau dinamakan juga sasaran silek, dipimpin oleh guru yang dinamakan Tuo Silek. Tuo silek ini memiliki tangan kanan yang bertugas membantu dia mengajari para pemula.

Orang yang mahir bermain silat dinamakan pandeka (pendekar). Gelar Pandeka ini pada zaman dahulunya dilewakan (dikukuhkan) secara adat oleh ninik mamak dari nagari yang bersangkutan. Namun pada zaman penjajahan gelar dibekukan oleh pemerintah Belanda. Setelah lebih dari seratus tahun dibekukan, masyarakat adat Koto Tangah, Kota Padang akhirnya mengukuhkan kembali gelar Pandeka pada tahun 2000-an. Pandeka ini memiliki peranan sebagai parik paga dalam nagari (penjaga keamanan negeri), sehingga mereka dibutuhkan dalam menciptakan negeri yang aman dan tentram. Pada awal tahun ini (7 Januari 2009), Walikota Padang, H. Fauzi Bahar digelari Pandeka Rajo Nan Sati oleh Niniak Mamak (Pemuka Adat) Koto Tangah, Kota Padang. Gelar ini diberikan sebagai penghormatan atas upaya dia menggiatkan kembali aktivitas silek tradisional di kawasan Kota Padang dan memang dia adalah pesilat juga pada masa mudanya, sehingga gelar itu layak diberikan
Sejarah Sunting

Kajian sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang guru diwawancarai bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa buyut gurunya. Bukti tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo Silek dari Pauah, Kota Padang, cuma mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi (andong) dari Limau Kapeh,  Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Seorang guru silek dari Sijunjung, Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dari Lintau.Ada lagi Tuo Silek yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini dia peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok.Daerah Koto Anau, Bayang dan Banda Sapuluah di Kabupaten Pesisir Selatan, Pauah di Kota Padang atau Lintau pada masa lalunya adalah daerah penting di wilayah Minangkabau. Daerah Solok misalnya adalah daerah pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat, sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh dari laut. Tidak terlalu banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji guru-guru mereka secara lengkap.

Jika dirujuk dari buku berjudul Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karangan Mid Djamal (1986), maka dapat diketahui bahwa para pendiri dari Silek (Silat) di Minangkabau adalah

Datuak Suri Dirajo diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan, Padangpanjang, Sumatera Barat.
Kambiang Utan (diperkirakan berasal dari Kamboja),
Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerah Champa),
Kuciang Siam (diperkirakan datang dari Siam atau Thailand) dan
Anjiang Mualim (diperkirakan datang dari Persia).
Pada masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri[9]. Nama-nama mereka memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam dari mana sebenarnya mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas. Mengingat hubungan perdagangan yang berumur ratusan sampai ribuan tahun antara pesisir pantai barat kawasan Minangkabau (Tiku, Pariaman, Air Bangis, Bandar Sepuluh dan Kerajaan Indrapura) dengan Gujarat (India), Persia (Iran dan sekitarnya), Hadhramaut (Yaman), Mesir, Campa (Vietnam sekarang) dan bahkan sampai ke Madagaskar pada masa lalu, bukan tidak mungkin silat Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki. Sementara itu, dari pantai timur Sumatera melalui sungai dari Provinsi Riau yang memiliki hulu ke wilayah Sumatera Barat (Minangkabau) sekarang, maka hubungan beladiri Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan Champa bisa terjadi karena jalur perdagangan, agama, ekonomi, dan politik. Beladiri adalah produk budaya yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan pada masa itu. Perpaduan dan pembauran antar beladiri sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari penelitian itu bisa saja diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan bangsa-bangsa yang disebutkan di atas.

Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa langkah silat di Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun di balik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah jiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika diuraikan akan menjadi selebar alam)

Terimakasih

Tapaksuci




Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah atau disingkat Tapak Suci, adalah sebuah aliran, perguruan, dan organisasi pencak silat yang merupakan anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Tapak Suci termasuk dalam 10 Perguruan Historis IPSI, yaitu perguruan yang menunjang tumbuh dan berkembangnya IPSI sebagai organisasi. Tapak Suci berasas Islam, bersumber pada Al Qur'an dan As-Sunnah, berjiwa persaudaraan, berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi otonom yang ke-11. Tapak Suci berdiri pada tanggal 10 Rabiul Awal 1383 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. Tapak Suci memiliki motto "Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi lemah". Organisasi Tapak Suci berkiprah sebagai organisasi pencak silat, berinduk kepada Ikatan Pencak Silat Indonesia, dan dalam bidang dakwah pergerakan Tapak Suci merupakan pencetak kader Muhammadiyah. Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah berkedudukan di Kauman, Yogyakarta, dan memiliki kantor perwakilan di ibukota negara.

Arti lambang







Lambang tapak suci sarat akan simbol dan makna, yaitu:

Bentuk bulat memiliki makna tekad bulat.
Warna dasar biru memiliki arti keagungan.
Warna tepi hitam memiliki arti kekal dan abadi melambangkan sifat Allah SWT.
Gambar bunga mawar memiliki makna keharuman.
Warna merah memiliki arti keberanian.
Daun kelopak hijau memiliki makna kesempurnaan
Bunga melati putih memiliki arti kesucian.
Jumlah sebelas menyimbolkan rukun Islam dan rukun Iman.
Tangan kanan putih memiliki makna keutamaan.
Terbuka memiliki makna kejujuran.
Berjari rapat menyimbolkan keeratan.
Ibu jari tertekuk menyimbolkan kerendahan Hati.
Sinar matahari kuning memiliki makna Putera Muhammadiyah.
Keseluruhan lambang tersimpul dengan nama Tapak Suci, yang mengandung arti:

Bertekad bulat mengagungkan asma Allah Subhanahuwata’ala, kekal dan abadi.
Dengan keberanian menyerbakkan keharuman dengan sempurna.
Dengan Kesucian menunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman.
Mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan rendah hati.

Jurus

Sebelum resmi berdiri, jurus-jurus khas Tapak Suci pada awalnya diberi nama dengan nomor, seperti Jurus 1, 2, dst. Setelah TAPAK SUCI dideklarasikan pada tahun 1963, jurus-jurus itu diberi nama dengan nama-nama flora dan fauna. Dasar penamaan ini agar senantiasa mengingat kebesaran Allah yang berkuasa menciptakan segala mahluk. Selain itu hal ini mengandung arti bahwa jurus TAPAK SUCI yang kosong akan sama halnya dengan tumbuhan dan hewan, yang hanya memiliki naluri dan hawa nafsu, tanpa memiliki akal dan budi pekerti, tanpa memiliki Iman dan Akhlak.

Terdapat 8 (delapan) jurus khas di dalam Tapak Suci, yaitu:

Jurus Mawar
Jurus Katak
Jurus Naga
Jurus Ikan Terbang
Jurus Lembu
Jurus Rajawali
Jurus Merpati
Jurus Harimau
Kedelapan Jurus ini diaplikasikan untuk Permainan Tangan Kosong maupun Bersenjata, baik untuk kegunaan olahraga, seni, maupun beladiri. Setiap Jurus ini memiliki Sikap Awal, yaitu sikap awal pesilat yang mendahului setiap permainan jurus.

Jurus Pertandingan Tapak Sucin

Serangan Tangan

Katak Melempar Tubuh
Naga Terbang
Rajawali Mengibas Sayap
Tandukan Lembu Jantan
Pagutan Merpati
Merpati Mengibas Sayap
Merpati Mengibas Ekor

Serangan kaki

Ikan Terbang Menjulang ke Angkasa
Ikan Terbang Menggoyang Sirip
Sabetan Ikan Terbang
Harimau Membuka Jalan
Harimau Menutup Jalan
Benturan Harimau
Kibasan Harimau

Serangan Jatuhan

Terkaman Harimau Lapar
Tangkisan

Tangkisan

Bungan Mawar Mekar
Bunga Mawar Layu
Naga Terbang
Katak Melempar Tubuh
Rajawali Mengibas Sayap
Merpati Mengibas Sayap
Merpati Mengibas Ekor
Ikan Terbang Menerjang Sarang
Benturan Harimau
Kibasan Harimau

Pola Langkah

Langkah Paku-Paku
Langkah Segi Tiga
Langkah Segi Empat

Senjata





Senjata khas Tapak Suci adalah Senjata Segu (Serba Guna), yang diciptakan oleh Pendekar M. Barie Irsjad, belafaz "Muhammad". Sebagai perguruan yang melestarikan seni budaya bangsa yang luhur, Tapak Suci merupakan perguruan pencak silat yang juga melestarikan seni beladiri bersenjata. Teknik permainan senjata ini dilestarikan dan dikembangangkan masing-masing oleh para anggota Tapak Suci di pusat maupun di daerah.


SEKIAN TERMAKASI