Kamis, 23 Maret 2017

Profil Singkat Keluarga Pencak Silat Nusantara

     Profil Singkat Keluarga Pencak Silat Nusantara

KPS NUSANTARA didirikan di Jakarta pada tanggal 28 Juli 1968 oleh 3 pendekar yaitu: Alm. Moh. Hadimulyo, BSc, Dr. Moh. Djoko Waspodo dan Alm. dr. Rachmadi Djoko Suwigyo pada awalnya KPS NUSANTARA bernama bernama Study Group Pencak Silat Nusantara, ketiganya sama-sama belajar pada seorang pendekar besar perguruan Pencak Silat Setia Hati, pada waktu itu ketiganya menjadi pengurus besar IPSI dibidang teknik dan sangat memprihatinkan keadaan Pencak Silat yang kurang di minati oleh kaum muda, alasannya jika ada Pencak Silat dan ada peminatnyapun sangat sulit untuk mencari guru dan tempat latihan karena pada umumnya perguruan-perguruan yang ada masih tertutup

Tujuan terpanggil oleh keadaan semacam ini mereka bertiga memutuskan untuk mengadakan penelitian pengkajian dan studi banding melalui studi group yang didirikan. Tujuannya jelas untuk mencari upaya agar pencak silat berkembang. Melalui masa yang cukup panjang, akhirnya diputuskan untuk memulai pembaharuan antara lain berupa :

Memisahkan secara tegas pembinaan pencak silat “Gerak” dan “Aspek dalam”
Mengubah metoda latihan tradisional menjadi metoda latihan yang sistimatis, jelas materi latihan, kurikulum dan tahapan belajarnya . Diadakan tes dan evaluasi secara teratur serta diberikan atribut yang tampak jelas dari luar bagi tiap tahapan belajar
Mempelopori adanya pertandingan pencak silat olah raga.
Menyelenggarakan peragaan-peragaan yang atraktif.
Membantu PB IPSI membenahi sisi organisasi.
Langkah pembaharuan yang disusul dengan langkah uji coba ini segera membuahkan hasil. Kelompok studi ini makin membesar dan melalui berbagai pertandingan pencak silat, prestasi kelompok ini segera mencuat. Bahkan metoda latihan yang dipakai untuk menyiapkan pesilat dalam menghadapi sebuah kejuaraan menjadi contoh untuk perguruan lain.

Hal inilah yang membuat kelompok ini pada Musyawarah Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia di tahun 1973 diakui sebagai salah satu diantara 10 (Sepuluh) Top Organisasi Pencak Silat sekarang disebut Perguruan Historis. Akibatnya kelompok studi harus mengubah dirinya menjadi : “Keluarga Pencak Silat Nusantara” tangal 28 Juli 1973.

Aliran-aliran tradisional yang pernah dipelajari dan kemudian turut mewarnai tata gerak dan tata batin KPS Nusantara adalah :

Pencak Silat Cingkrik, Betawi melalui Bapak M. Saleh.
Cimande, Mahdi, Syahbandar, Kari dan Taji melalui alm. Bapak A’an, Marzuki dan Hidayat.
Setia hati melalui Bapak Mariyun. S
Pencak Jawa Kombinasi melalui Bapak Projo Soemitro
Pencak Silat Pariaman (Minangkabau) melalui alm. Bapak Itam.
Lintau melalui Bapak Amirudin
sementara itu mereka juga mempelajari beladiri lain seperti ; Karate dan Yujitsu. Bahkan Alm. dr. Rachmadi DS pernah menjadi atlit karate nasional pada tahun 1970-an, Kode etik perguruan.
kode etik / janji / sumpah perguruan nusantara disebut CATUR PRASETIYA NUSANTARA yaitu :

Dengan iman dan taqwa kehadirat tuhan yang mahaesa kami berjanji :

      Siap mengabdi kepada nusa dan bangsa
      Menghormati orang tua dan guru
      Berjiwa kesatria dan berbudi luhur
     Mempertinggi dan memperkembangkan Pencak Silat
Pencak Silat bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia dan hasil krida budi luhur bangsa indonesia yang secara turun temurun di lestarikan dan dikembangkan sesuai dan aspirasi (keinginan) ekspesasi (harapan) apresiasi (penilaian) serta situasi dan kondisi yang berkembang dari generasi kegenerasi dan dari waktu ke waktu.

Selain dari pada itu Pencak Silat dikenal pula sebagai budidaya beladiri khas Indonesia yang didalamnya terkandung aspek pembinaan yang sangat tinggi:

Aspek mental dan spiritual
Aspek beladiri
Aspek seni dan seni budaya

Aspek Olahraga

sejarah cahaya pusaka putra betawi

       sejarah cahaya pusaka putra betawi
Betawi Oktober 1893. Rakyat Betawi di kampung-kampung tengah berkabung. Dari mulut ke mulut mereka mendengar si Pitung atau Bang Pitung meninggal dunia, setelah tertembak dalam pertarungan tidak seimbang dengan kompeni. Bagi warga Betawi, kematian si Pitung merupakan duka mendalam. Karena ia membela rakyat kecil yang mengalami penindasan pada masa penjajahan Belanda. Sebaliknya, bagi kompeni sebutan untuk pemerintah kolonial Belanda pada masa itu, dia dilukiskan sebagai penjahat, pengacau, perampok, dan entah apa lagi.



Jagoan kelahiran Rawa Belong, Jakarta Barat, ini telah membuat repot pemerintah kolonial di Batavia, termasuk gubernur jenderal. Karena Bang Pitung merupakan potensi ancaman keamanan dan ketertiban hingga berbagai macam strategi dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk menangkapnya hidup atau mati. Pokoknya Pitung ditetapkan sebagai orang yang kudu dicari dengan status penjahat kelas wahid di Betawi.

Bagaimana Belanda tidak gelisah, dalam melakukan aksinya membela rakyat kecil Bang Pitung berdiri di barisan depan. Kala itu Belanda memberlakukan kerja paksa terhadap pribumi termasuk ‘turun tikus’. Dalam gerakan ini rakyat dikerahkan membasmi tikus di sawah-sawah disamping belasan kerja paksa lainnya. Belum lagi blasting (pajak) yang sangat memberatkan petani oleh para tuan tanah.

Si Pitung, yang sudah bertahun-tahun menjadi incaran Belanda, berdasarkan cerita rakyat, mati setelah ditembak dengan peluru emas oleh schout van Hinne dalam suatu penggerebekan karena ada yang mengkhianati dengan memberi tahu tempat persembunyiannya. Ia ditembak dengan peluru emas oleh schout (setara Kapolres) van Hinne karena dikabarkan kebal dengan peluru biasa. Begitu takutnya penjajah terhadap Bang Pitung, sampai tempat ia dimakamkan dirahasiakan. Takut jago silat yang menjadi idola rakyat kecil ini akan menjadi pujaan.

Si Pitung, berdasarkan cerita rakyat (folklore) yang masih hidup di masyarakat Betawi, sejak kecil belajar mengaji di langgar (mushala) di kampung Rawa Belong. Dia, menurut istilah Betawi, ‘orang yang denger kate’. Dia juga ‘terang hati’, cakep menangkap pelajaran agama yang diberikan ustadznya, sampai mampu membaca (tilawat) Alquran. Selain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru tarekat dan ahli maen pukulan.

Suatu ketika di usia remaja –sekitar 16-17 tahun, oleh ayahnya Pitung disuruh menjual kambing ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari kediamannya di Rawa Belong dia membawa lima ekor kambing naik gerobak. Ketika dagangannya habis dan hendak pulang, Pitung dibegal oleh beberapa penjahat pasar. Mulai saat itu, dia tidak berani pulang ke rumah. Dia tidur di langgar dan kadang-kadang di kediaman gurunya H Naipan. Ini sesuai dengan tekadnya tidak akan pulang sebelum berhasil menemukan hasil jualan kambing. Dia merasa bersalah kepada orangtuanya. Dengan tekadnya itu, dia makin memperdalam ilmu maen pukulan dan ilmu tarekat. Ilmu pukulannya bernama aliran syahbandar. Kemudian Pitung melakukan meditasi alias tapa dengan tahapan berpuasa 40 hari. Kemudian melakukan ngumbara atau perjalanan guna menguji ilmunya. Ngumbara dilakukan ke tempat-tempat yang ‘menyeramkan’ yang pasti akan berhadapan dengan begal.

Salah satu ilmu kesaktian yang dipelajari Bang Pitung disebut Rawa Rontek. Gabungan antara tarekat Islam dan jampe-jampe Betawi. Dengan menguasai ilmu ini Bang Pitung dapat menyerap energi lawan-lawannya. Seolah-olah lawan-lawannya itu tidak melihat keberadaan Bang Pitung. Karena itu dia digambarkan seolah-olah dapat menghilang. Menurut cerita rakyat, dengan ilmu kesaktian rawa rontek-nya itu, Bang Pitung tidak boleh menikah. Karena sampai hayatnya ketika ia tewas dalam menjelang usia 40 tahun Pitung masih tetap bujangan.

Si Pitung yang mendapat sebutan ‘Robinhood’ Betawi, sekalipun tidak sama dengan ‘Robinhood’ si jago panah dari hutan Sherwood, Inggris. Akan tetapi, setidaknya keduanya memiliki sifat yang sama: Selalu ingin membantu rakyat tertindas. Meskipun dari hasil rampokan terhadap kompeni dan para tuan tanah yang menindas rakyat kecil.

Sejauh ini, tokoh legendaris si Pitung dilukiskan sebagai pahlawan yang gagah. Pemuda bertubuh kuat dan keren, sehingga menimbulkan rasa sungkan setiap orang yang berhadapan dengannya. Dalam film Si Pitung yang diperankan oleh Dicky Zulkarnaen, ia juga dilukiskan sebagai pemuda yang gagah dan bertubuh kekar. Tapi, menurut Tanu Trh dalam ‘Intisari’ melukiskan berdasarkan penuturan ibunya dari cerita kakeknya, Pitung tidak sebesar dan segagah itu. ”Perawakannya kecil. Tampang si Pitung sama sekali tidak menarik perhatian khalayak. Sikapnya pun tidak seperti jagoan. Kulit wajahnya kehitam-hitaman, dengan ciri yang khas sepasang cambang panjang tipis, dengan ujung melingkar ke depan.”

Menurut Tanu Trh, ketika berkunjung ke rumah kakeknya berdasarkan penuturan ibunya, Pitung pernah digerebek oleh schout van Hinne. Setelah seluruh isi rumah diperiksa ternyata petinggi polisi Belanda ini tidak menemukan si Pitung. Setelah van Hinne pergi, barulah si Pitung secara tiba-tiba muncul setelah bersembunyi di dapur. Karena belasan kali berhasil meloloskan diri dari incaran Belanda, tidak heran kalau si Pitung diyakini banyak orang memiliki ilmu menghilang. ”Yang pasti,” kata ibu, seperti dituturkan Tanu Trh, ”dengan tubuhnya yang kecil Pitung sangat pandai menyembunyikan diri dan bisa menyelinap di sudut-sudut yang terlalu sempit bagi orang-orang lain.” Sedang kalau ia dapat membuat dirinya tidak tampak di mata orang, ada yang meyakini karena ia memiliki kesaksian ‘ilmu rontek’.
Diposkan oleh cahaya di 04.21 Tidak ada komentar:
JAKARTA – Betawi terkenal dengan gudangnya pendekar-pendekar silat yang tersohor. Legenda si Pitung jago silat dari Marunda tetap melekat di hati masyarakat Betawi sepanjang masa. Sejarah persilatan di Betawi pun mencatat, nama perkampungan Kwitang berasal dari seorang pedagang Tiongkok, Kwe Tang Kiam yang terkenal karena ilmu silatnya yang ampuh.

Kisah ini diawali pada abad 17 ketika seorang pengembara dari dataran Tiongkok, Kwe Tang Kiam menjejakkan kakinya di tanah Betawi. Konon, Kwe Tang Kiam telah mengembara ke hampir seluruh pelosok daerah Indonesia. Di salah satu kampung di Betawi pengembara yang juga pedagang obat-obatan tersebut menetap. Selain jago dalam meracik obat-obatan, ia juga ahli dalam berolah silat. Di daerah tempat ia menetap, Kwe Tang Kiam menurunkan ilmu silatnya kepada orang-orang yang tinggal di sekitarnya.
Kehebatan ilmu silat Kwe Tang Kiam diakui masyarakat Betawi saat itu. Silat yang diajarkannya menggunakan jurus-jurus ampuh mirip aliran Shaolin yang memadukan unsur tenaga, kekuatan fisik dan kecepatan. Hal ini sangat berbeda dengan aliran silat Betawi yang lebih menonjolkan ilmu kebatinan.
Walau demikian Kwe Tang Kiam mengakui kehebatan ilmu kebatinan silat Betawi setelah mencoba keampuhan ilmu salah seorang jawara Betawi bernama Bil Ali.Terbukti, ilmu kanuragan beraliran putih yang dimiliki Bil Ali berhasil menundukkan Kwe Tang Kiam. Hingga akhir hayatnya Kwe Tang Kiam menetap di kampung ini dan dengan kesadaran sendiri ia kemudian memeluk agama Islam. Kampung tempat ia menetap pun kemudian menjadi desa kampung Kwitang, yang masuk dalam wilayah Jakarta Pusat.

Hanya untuk Keluarga
Salah satu murid dari Kwe Tang Kim adalah leluhur keluarga H. Moch Zaelani yang kemudian menjadi pewaris ilmu silat ini di daerah Kwitang. Ia pun kemudian mengajarkan ilmu silat yang ini kepada keluarganya sendiri, yakni, H Moch. Zakaria. Namun karena minat orang-orang Betawi untuk mempelajari ilmu silat ini begitu besar, maka ia pun memberi kesempatan kepada mereka untuk turut mempelajarinya.
Zaelani mendirikan perguruan pencak silat aliran Kwitang 27 September 1948 bertepatan dengan diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional PON I di Solo. Ketika berlangsung PON I itulah Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) diresmikan. Waktu itu, Ketua IPSI yang pertama , Mr Wongso Negoro, mengundang para pesilat dari Kwitang untuk mendemonstrasikan kebolehannya pada pembukaan pekan olahraga tersebut.
Empat tahun kemudian, tepatnya 27 Septemebr 1952 saat dilangsungkannya PON II di Jakarta, Zaelani secara resmi mendirikan Perguruan Silat Kwitang dengan nama ”PS Mustika Kwitang”.
Perguruan ini kemudian diwariskan kepada cucunya H. Moch Zakaria Abdulrachim. Pada PON II, Zakaria tampil sebagai atlet . Ketika itu pencak silat resmi menjadi salahsatu cabang yang dipertandingkan. Pada nomor seni yang dipertandingkan. Zakaria keluar sebagai juara.
Dalam PON berikutnya, Zakaria selalu menjadi momok bagi lawannya. Bersama pesilat Mustika Kwitang lainnya ia merajai berbagai kejuaraan, seperti PON ke-III 1953 di Medan, PON ke-IV tahun 1957 di Makassar, dan PON ke- V tahun 1961 di Bandung. Ia berturut-turut tampil sebagai juara.
”Kondisinya pada waktu itu tidak seperti sekarang ini, sarana dan prasarana masih sangat terbatas. Tak jarang untuk mengikuti even pencak silat di Jakarta kami harus jalan kaki. Begitu juga ketika mengikuti PON kami naik kapal laut dan ditempatkan di sekolah-sekolah yang berada di dekat arena pertandingan. Lain dengan atlet sekarang yang diberikan fasilitas yang cukup mewah,” kenang Zakaria, yang lahir di Kwitang 22 Juni 1931 ini.
Sebagai pendekar silat, Zakaria juga merupakan salah seorang pendiri Persatuan Silat Putra Betawi yang beranggotakan 46 cabang perguruan silat di Jakarta.
Setelah PON ke-V tahun 1961 di Bandung, Zakaria mengundurkan diri sebagai atlet. Ia lebih memfokuskan perhatiannya pada perguruan yang dipimpinnya. Sejak itu PS Mustika Kwitang secara resmi terbuka untuk masyarakat umum.

Nyaris Punah
Melalui ketekunan Zakaria, PS Mustika Kwitang kian harum dengan jumlah murid mencapai ribuan pesilat yang tersebar di Jakarta, bahkan sampai Jawa Barat, Jawa Tengah hingga ke Sumatera Utara. Pada masa kejayaannya, PS Mustika Kwitang melahirkan pesilat-pesilat andal seperti Diantoro Nur, Ganda, Ishak, Lubena, Yuyu dan Latifah (pesilat putri).
Ia mengungkapkan rahasia suksesnya dalam membina anak didiknya berasal dari motivasi yang besar untuk menekuni olahraga warisan nenek moyang ini. Selain itu ia pun menganjurkan kepada murid-muridnya untuk tidak terlalu fanatik dengan perguruan. Mereka boleh mengadaptasi ilmu silat di luar perguruan untuk memperkaya ilmu silat yang mereka miliki.
”Modal utama yang harus dimiliki oleh atlet Mustika Kwitang adalah kepercayaan diri yang besar,” ungkap Zakaria. Pada tahun 80-an, Zakaria mengundurkan diri dan mewariskan ilmunya mewariskannya kepada anak-anaknya. Tapi sayang, keberhasilannya dalam membina perguruan silat tidak diikuti oleh pewarisnya itu. Perkembangan perguruan yang sudah nama di dunia persilatan ini kian terpuruk bahkan nyaris punah.
Murid-murid perguruan ini satu per satu mulai berkurang dari ribuan orang hanya tinggal beberapa gelintir pesilat saja yang masih eksis dalam mengembangkan seni pencak silat ini. Akibatnya, PS Mutstika Kwitang sulit bersaing dengan perguruan silat lain, termasuk beladiri dari luar.
Zakaria mengakui, perguruan yang dipimpinnya itu tidak memiliki pendukung serta sponsor. Selain itu, PS Mustika Kwitang hanya sedikit memiliki kader pelatih dan sistem pembinaannya tidak efisien. Di perguruan ini, tidak dikenal tingkatan yang jelas dan baku untuk menilai kemampuan murid-muridnya. Penentuan tingkatan hingga penunjukan kader pelatih masih ditentukan guru besar.

”Saya sangat prihatin dengan kondisi ini. PS Mustika Kwitang sebagai pendiri aliran silat di daerah Kwitang nyaris tenggelam. Saya tergugah untuk kembali membinanya, ” kata Zakaria

Perpi Harimurti (Perguruan Pencak Indonesia Harimurti)

Perpi Harimurti (Perguruan Pencak Indonesia Harimurti)

RM Harimurti, lahir pada tahun 1905, adalah cucu Hamengku Buwono VII dari GPH Tejokusumo dan Ray Mangkorowati. Ia tumbuh sebagai anak yang tertarik untuk belajar Olah kanuragan (seni beladiri). Ketika ia dewasa, ia mengajar Pencaksilat kepada masyarakat di Pendopo Ndalem Tejokusuman. Selama waktu itu, gaya seni bela diri ini dikenal sebagai Pencak Tejokusuman.
Polisi Hindia-Belanda curiga dengan aktivitas dalam mengajar Pencak karena dia juga aktif untuk mendukung Pergerakan (Gerakan Nasional) Budi Oetomo. Menurut Bapak Suko Winadi, RM Harimurti  menggunakan gerakan tari untuk menutupi Pencak nya (seni bela diri) untuk menghindari kecurigaan polisi.


RM Harimurti, Pendiri Perpi Harimurti

Pada tahun 1932, dia mendelegasikan perguruannya ke Bapak Suko Winadi, yang diformalkan perguruan ini sebagai PerPi (Persatuan Pencak Indonesia), yang kemudian berganti nama menjadi PERPI (Perguruan Pencak Indonesia) dan akhirnya dikenal sebagai PERPI Harimurti. Bapak Suko Winadi juga dikenal sebagai guru besar ke 2 dari perguruan ini.

Meskipun ia telah mendelegasikan perguruan nya ke Bapak Suko, RM Harimurti  tidak benar-benar pensiun dari aktivitasnya untuk mengajar pencak. Beberapa kali, ia langsung mengajarkan murid-muridnya.

RM Harimurti  pada akhir hayat nya dikenal sebagai Komandan dari Pasukan Pengawal Keraton Jogjakarta dan juga sebagai dukun atau penyembuh spiritual dan paranormal. Namun, ia selalu keberatan jika orang mengenalinya sebagai paranormal atau dukun. Dia meninggal pada tanggal 18 September 1962 dan dimakamkan di Pemakaman Pakuncen.

Di bawah kepemimpinan guru besar ke 2, Bapak Sukowinadi, perguruan  Harimurti  menjadi lebih populer sejak partisipasinya untuk membentuk Ikatan PencakSilat Seluruh Indonesia (IPSI). Bapak Suko Winadi lahir di 23 Oktober 1915 di Sawahan, Bantul, Jogjakarta.

Namanya diberikan adalah Raden Sukamdi. Dia belajar Pencak dari teman ayahnya, RM Harimurti. Pada tahun 1932 RM Harimurti memberinya izin untuk meresmikan perguruan sebagai PerPi. Sebelum revolusi kemerdekaan, Bapak Suko itu dikenal sebagai Pendekar besar. Menurut Bapak Suharmadi (sepupu Bapak Suko s), Bapak Suko melawan sepuluh tentara Jepang dan mengalahkan mereka.

Dalam era revolusi Bapak Suko bersama dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan melakukan tugasnya dalam pertempuran di Ambarawa sebagai perwira di Brigade ke-10 TNI. Setelah berakhirnya perang, dia bekerja di militer sebagai petugas Polisi Militer. Meskipun ia berdinas di militer, ia masih mengajar pencak silat dengan asistennya Bapak Tarsono yang adalah seorang master senior PERPI Harimurti di masa kini.

Di bawah kepemimpinan Bapak Suko, PERPI Harimurti diajarkan di militer. Bapak Tarsono diutus untuk melatih RPKAD (sekarang Kopassus, Special Force) di Surakarta, pelatihan militer unit di Yonif 403 di Jogjakarta dan perguruan ini  juga mengirimkan guru Pencak  untuk melatih seni bela diri di Kodam Iskandar Muda.


Pada tahun 70-an, nama PERPI Harimurti  dikenal baik di industri film karena perannya dalam beberapa film membuat misalnya "November 1828" dan "Api Di Bukit Menoreh". Dalam usia tuanya, Bapak Suko mengelola Perguruan dan melatih siswa dalam sasana kecilnya (training hall) di belakang rumahnya di Jalan Veteran No 13 Yogyakarta. Dia memiliki banyak siswa dari Indonesia dan juga dari Eropa khususnya dari Austria. Dia meninggal pada tanggal 26 Juni 2004 dan dimakamkan di dekat rumah masa kecilnya di Sawahan, Bantul.

Perisai putih

Perisai putih
Perguruan Silat Nasional Perisai Putih
Tanggal pembentukan 1967 oleh R.Ahmad Boestami Barasoebrata di Surabaya
Jenis Perguruan Pencak Silat
Kantor pusat Surabaya, Indonesia
Wilayah layanan
Indonesia, Australia, Belanda, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Timor Leste, Perancis, Amerika Serikat dan Swedia
Ketua Umum
Dr. Ir. Iskandar, M.M.
Tokoh penting
R. Ahmad Boestami Barasoebrata
Perguruan Silat Nasional Perisai Putih atau PSN Perisai Putih adalah suatu perguruan pencak silat di Indonesia.

Sejarah Sunting


PSN Perisai Putih didirikan pada tanggal 1 Januari 1967 oleh tiga serangkai pendiri PSN Perisai Putih yaitu R. Ahmad Boestami Barasoebrata, S. Himantoro, FX. Siswadi dengan nama awal sekolah bela diri tanpa senjata Yiusika Perisai Putih atau lebih dikenal sampai sekarang Yiusika Perisai Putih karena nama Yiusika dianggap oleh IPSI masih berbau jepang, maka agar Yiusika Perisai Putih dapat diterima sebagai anggota IPSI, maka nama yiusika dihilangkan hingga menjadi Perguruan Silat Nasional Perisai Putih dan Perisai Putih akhirnya pada kongres IPSI ke IV tanggal 26 - 29 Januari 1973 disahkan sebagai salah satu dari 10 top Historis IPSI ( di Indonesia sendiri ada beratus-ratus aliran pencak silat dan ada puluhan perguruan yang menjadi anggota IPSI, namun 10 Top perguruan Historis IPSI hanya ada 10 salah satunya Perisai Putih ). Guru besar dari PSN Perisai Putih adalah R. Ahmad Boestami Barasoebrata yang dalam dunia persilatan di Indonesia lebih dikenal dengan nama Pak Boestam / Boestami. Beliau lahir di Bangselok, Sumenep, Madura pada tanggal 4 Desember 1939 ( meninggal karena sakit pada tanggal 15 Desember 1987). Ibu beliau bernama Baratuttakiyah, Beliau dikaruniai seorang istri (alm) Surti dan 5 orang putra.Guru silat dari Pak Boestan adalah kakeknya yang bernama Kyai Haji Abdus Salam atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Sumenep dengan nama Ki Lamet. PSN Perisai Putih dalam ajaran ilmu silatnya memiliki beberapa unsur bela diri, antara Yiuyitsu Silat dan Karate (Yiusika). PSN Perisai Putih memiliki pusat organisasi di Surabaya dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Merpati Putih

                              Merpati Putih
Merpati Putih (MP) merupakan salah satu perguruan pencak silat bela diri Tangan Kosong (PPS Betako) dan merupakan salah satu aset budaya bangsa, mulai terbentuk aliran jenis beladiri ini pada sekitar tahun 1550-an dan perlu dilestarikan serta dikembangkan selaras dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi dewasa ini. Saat ini MP merupakan salah satu anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan Martial Arts Federation For World Peace (MAFWP) serta Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa atau PERSILAT (International Pencak Silat Federation).

Makna Warna Sabuk Persinas ASAD

     Makna Warna Sabuk Persinas ASAD

Tingkat I / Sabuk Putih / Siswa I
Warna putih pada sabuk mempunyai makna lembaran putih dan bersih dengan tulus ikhlas, ridho dan suci. Bagi seorang calon pesilat untuk diberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar tentang ilmu beladiri.
Tingkat II / Sabuk Hijau / Siswa II
Warna hijau pada sabuk memberi makna kedamaian hati setalah diberikan pelajaran dasar tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap sehingga memberi keteduhan hati dan bangga dengan ilmu yang dimilikinya.
Tingkat III / Sabuk Hijau Strip Kuning / Asisten Muda
Warna hijau yang memberikan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan serta dipersiapkan untuk menjadi pesilat yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur yang dilambangkan strip kuning pada sabuk.
Tingkat IV / Sabuk Kuning / Asisten Madya
Warna kuning melambangkan keluhuran budi pekerti (akhlaqul karimah) dan keagungan jiwa serta berkualitas, sehingga pesilat makin banyak ilmunya makin berbudi pekerti yang luhur.
Tingkat V / Sabuk Kuning Strip Biru / Asisten Utama
Dengan budi pekerti yang luhur dan keagungan jiwa disertai cita-cita yang luhur, semangat belajar dan tabah dalam menghadapi tantangan yang dilambangkan dengan strip biru pada sabuk.
Tingkat VI / Sabuk Biru / Pelatih Muda
Warna biru melambangkan semangat belajar yang tinggi, dengan percaya diri serta dapat menjaga martabat dan mampu menguasai serta mengendalikan diri walaupun banyak tantangan, rintangan dan halangan.
Tingkat VII / Sabuk Biru Strip Coklat / Pelatih Madya
Dengan semangat dan cita-cita yang tinggi menjadikan percaya diri, selalu menegakkan kebenaran, kejujuran dan menghormati sesama insan.
Tingkat VIII / Sabuk Coklat / Pelatih Utama
Warna coklat tua melambangkan sikap damai, bersahabat, selalu rendah hati dan senantiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.
Tingkat IX / Sabuk Coklat Bintang Merah 1 / Guru Muda
Bersikap damai dan bersahabat, ramah dan sopan, senantiasa menegakkan kebenaran.
Tingkat X / Sabuk Coklat Bintang Merah 2 / Guru Madya
Senantiasa mengupayakan perdamaian dan persahabatan dengan sesame. Keramahan dan kesopanan ditingkatkan, dengan keberanian yang tinggi membela kebenaran.
Tingkat XI / Sabuk Merah / Guru Utama
Merah melambangkan keberanian dalam membela kebenaran, berjiwa besar, mawas diri, pemaaf dan mengutamakan kepentingan umum dan dapat menjadi panutan.
Tingkat XII / Sabuk Merah Garis Tepi Emas / Guru Besar

Berjiwa besar sebagai pendekar, bisa meramut dan membina serta sebagai pengayom.

Prestasi Dunia Persinas ASAD

Prestasi Dunia Persinas ASAD

Prestasi Dunia Persinas Asad Perguruan Silat Nasional (Persinas) Asad yang mewakili Indonesia meraih prestasi membanggakan di Festival Beladiri Dunia Chungju World Martial Arts Festival di Chungju Korea Selatan. Persinas Asad meraih prestasi tiga besar peserta terbaik dengan predikat luar biasa (outstanding performance) bersama peserta dari Jepang dan Cina. Persinas Asad ditunjuk PB IPSI mewakili Indonesia bersama perguruan silat Joko Tole Madura dan perguruan Pamor Pamekasan. Persinas Asad sendiri diwakili oleh Pengda Persinas Jawa Barat yang kemudian memberangkatkan lima pendekarnya dari Bandung. Tiga pendekar masih duduk di bangku SMP dan dua lainnnya seusia SMK. Chungju World Martial Arts Festival adalah festival bela diri se-dunia yang diadakan setiap 10 tahun sekali. Dimana, dari berbagai negara akan menampilkan ciri khas bela diri masing-masing. Misalnya, Indonesia dengan pencak silat, China dengan Wushu, Korea dengan Taekkyeon, Canada dengan Oki Chi Taw serta Australia dengan Tai-Kin-Jeri. PB IPSI sendiri telah mengikuti festival bela diri dunia sejak World Martial Arts Union (WOMAU) digelar kali pertama. Festival tersebut selalu mengundang 56 aliran bela diri dari 45 negara yang berasal dari 5 benua.Untuk festival beladiri Chungju Martial Arts ke 11 ini diadakan di Chungju Tangeumdae UN Peace Park dimulai dari 2 Oktober sampai 8 Oktober 2008. Festival diikuti 28 negara yang terdiri dari 51 tim dengan jumlah pendekar sebanyak 1210.